BAHU MEMBAHU UNTUK INDONESIA SEHAT DAN BEBAS KUSTA

14 comments

Tidak mau dekat-dekat dengan penderita kusta? Takut tertular dengan penderita kusta?

Pasti sobat jelajah Mia pernah dengar kan yang namanya penyakit kusta? Tentu dibarengi dengan stigma yang masih berkembang hingga hari ini. Kusta Bukan Kutukan.

 


Beberapa hari yang lalu saya menyimak talkshow di Ruang Publik KBR dapat informasi dari komunitas Satu Minggu Satu Cerita https://www.1minggu1cerita.id/ . Masih dalam rangkaian Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang jatuh setiap tanggal 12 November, tema talkshow ini adalah Bahu Membahu untuk Indonesia Sehat Bebas Kusta. Dari sebagai peserta talkshow kita dibuka matanya bahwa kusta masih ada di Indonesia dan harus segera diberantas.

 


ADA DUA NARASUMBER PADA TALKSHOW INI YAITU:

  1. Eman Suherman, SSos. – Ketua TJSL PT DAHANA (Persero)
  2. dr Febrina Sugianto – Junior Technical Advisor NLR Indonesia

 

APAKAH PENYAKIT KUSTA BISA DISEMBUHKAN?

Penyakit kusta bisa disembuhkan dan tidak menyebabkan disabilitas, asalkan pengobatannya tidak terlambat. Begitu ada gejala bercak putih yang tidak sakit atau tidak terasa, segera berobat ke dokter. Jika diagnosisnya mengarah ke kusta, langsung saja berobat lebih lanjut.

 

Hanya disayangkan seringkali penderita kusta datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan terlambat dan dalam keadaan cacat. Padahal, penyakit kusta sebenarnya dapat disembuhkan tanpa harus disertai kecacatan. Kuncinya adalah pengobatan secara tepat dan tuntas.

 

Ikut menyimak talkshow dari KBR, jadi lebih waspada lagi terhadap kusta.

 


APA ITU PENYAKIT KUSTA

Kusta merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman mycobacterium. Penyakit kusta bukanlah penyakit keturunan atau genetik. Penyakit ini disebabkan karena kurang memperhatikan kebersihan diri dan makanan kurang bergizi.

 

Penularan kusta terjadi jika ada kontak dengan penderita kusta yang belum melakukan pengobatan selama 20 minggu per jam. Juga melalui cairan(droplet) yang dikeluarkan oleh penderita. Namun, penyakit ini bukanlah yang cepat menular. Ketika belum mendapatkan pengobatan lebih rentan untuk menularkan.

 

Gejala kusta biasanya tidak menimbulkan rasa sakit bentuknya bercak berwarna putih atau kemerahan. Terkadang terlihat seperti panu atau kurap. Bercak putih atau merah ini muncul pada punggung, badan, kaki, atau pelipis mata. Jika terjadi ada kelimbungan ketika berjalan segeralah melakukan pemeriksaan di puskesmas.

 

Ada dua jenis kusta yang perlu diketahui yaitu

  1. Pausibasiler/PB, merupakan jenis kusta kering yang memiliki ciri-ciri kulit kering karena jarang berkeringat.
  2. Multibasiler/MB, merupakan jenis kusta basah yang rentan menularkan.

 

Selama ini penyebab Indonesia belum bebas dari kusta adalah masih adanya stigma negatif di masyarakat kita. Stigma negatif tentang kusta adalah penyakit kutukan, menyeramkan. Sehingga orang-orang takut untuk memeriksakan diri. 

"Biasanya kalau udah ada disabilitas,  parah baru tau kalau itu kusta, dan yang penting nggak ada stigma, supaya orang mau berobat." ujar dr Febrina Sugianto - Junior Technical Advisor NLR Indonesia.

 

PERAN KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PENDERITA KUSTA

Menurut dr Febrina Sugianto, peran keluarga sangatlah penting dalam support mental pagi para penderita  kusta, sesuai yang disampaikan pada talkshow tersebut, yaitu

Keluarga selain membantu pengobatan menyemangati, mengantar ke fasilitas kesehatan juga berikan support mental

Keluarga sebisa mungkin membangun suasana pasian tidak merasa dikasihani dan dijauhkan atay tidak engadakan jarak antar pasian dan keluarga, dibuat situasi sekondusif mungkin supaya pasiennya bisa semangat berobat dan juga bisa aktivitas sehari-hari dengan ulusal yang bagus

 

Pemerintah tidak bisa berdiri sendiri tentu diperlukan dukungan CSR lainnya, seperti yang dilakukan oleh PT DAHANA, sesuai yang dipaparkan oleh Eman Suherman, S.Sos yaitu memberikan sosialisasi tentang penyakit kusta kepada masyakarat sekita untuk mengatasi tantangannya stigma terkait kontak erat dengan penderita kusta. Adapun bantuan dalam penyembuhan penderita kusta yaitu dalam bentuk bantuan  alat kesehatan diri dan alat pelindung diri.


TANTANGAN PEMBERANTASAN KUSTA SELAMA PANDEMI

Tantangan selama pandemi dalam menjalankan program pengendalian kusta yaitu tracing kontak/penderita menurun karena adanya PPKM, sosialisasi massal tidak memungkinkan. Sehingga yang bisa dilakukan oleh PT. Dahana adalah mobile ke titik-titik ke penderita kusta, menurut bapak Eman.

 

Menurut dokter Febri, data data kasus kusta sebelum pandemi ada 457 kasus kusta, setelah pandemi menjadi 116 kasus. Secara data sudah menurun tapi apakah ini benar menurun atau pengaruh PPKM yang membatasi?

 

PENUTUP

Pentingnya kesadaran kesehatan secara berkelompok penting untuk menyampaikan tentang kusta. Agar banyak yang menghilangkan stigma masyarakat terhadap kusta. Dan apabila ada keluarga dan lingkungan sekitar ada yang menderita, jangan dijauhkan justru disemangati agar cepat sembuh dan memberi kenyamanan secara psikologis kepada penderita kusta Semakin banyak pula yang sembuh dari kusta dan mencegah penularannya.

 

Related Posts

14 comments

  1. Saya pun hanya tahu pemyakit kusta itu penyakit kulit.
    Terimakasih sudah memberikan informasi lebih banyak tentang penyakit kusta Mba.. 🙏

    ReplyDelete
  2. Memang edukasi pada masyarakat soal kusta ini masih minim sekali. Sayang, padahal seharusnya penyakit ini bisa diberantas bila sejak awal masyarakat sudah memiliki bekal pengetahuan tentang gejala dan penanganannya. Semoga artikel dan webinar edukatif semacam ini bisa makin beredar luas di kalangan masyarakat..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mbak, apalagi di daerahku Indonesia Timur sini, masih minim banget penyuluhan-penyuluhan tentang penyakit kusta.

      Delete
  3. Saya pernah bacs kalau ada orang yang berobat ke dokter umum karena panunya tak kunjung sembuh. Untung dokternya langsung tahu kalau itu gejala kusta. Wah penting banget nih sosialisasj tentang penyakit kusta bagi orang-orang yang awam seperti saya. Artikel yang bagus sekali mba ❤

    ReplyDelete
  4. Jadi inget dulu ada tetangga yang menderita kusta digunjing dan dijauhi karena stigma yang beredar di masyrakat. Penting banget ya ternyata untuk edukasi orang-orang agar langkah yang diambil nggak merugikan bahkan menyinggung si penderita.

    ReplyDelete
  5. Memang betul edukasi soal penyakit ini kurang, apalagi di daerah pelosok. Seringkali dianggap penyakit kulit biasa saja. Kalau sudah parah malah penderita langsung dijauhi. Mudah-mudahan banyak blogger menulis jadi makin meluas informasi soal ini.

    ReplyDelete
  6. Saya belum pernah bertemu langsung dengan penderita kusta ini, di daerah saya sepertinya tidak ada yang menderita penyakit ini.

    Pengobatannya bisa sembuh, dan tidak meninggalkan kecacatan, apabila diobati sejak masih gejala ringan ya.

    Butuh sosialisasi ya ini, terutama daerah yang banyak penderita kustanya supaya tidak terlambat dalam memulai pengobatan.

    ReplyDelete
  7. iya perlu adanya sosialisasi yg menyeluruh terkait ini. terimakasih sudah menulis artikel ini dn bermanfaat

    ReplyDelete
  8. perlu banget ada informasi seperti ini, sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  9. Artikelnya edukatif sekali, Mba. Terima kasih sudah sharing.

    ReplyDelete
  10. Kalau udah membahas stigma, mau stigma tentang apapun memang rumit ya mba. Stereotip masyarakat ada-ada aja. Padahal apa yang distigmakan belum tentu benar. Semoga ke depannya masyarakat lebih aware lagi dengan penyakit ini dan tidak memunculkan stigma yang semakin buruk. Thanks for sharing mba :)

    ReplyDelete
  11. nah soal penurunan kasus itu memang musti dicek apakah bener memang kasusnya turun atau keterbatasan selama pandemi ?... kan selama pandemi ada PPKM yang membatasi orang ke rumah sakit, ke lab, dan ke lapangan untuk tugas lapang.

    ReplyDelete
  12. Ternyata, jangan remehkan bercak putih di kulit jika disertai kelimbungan.
    menarik dan edukatif sekali artikelnya mba.

    ReplyDelete
  13. Membangun kesadaran ini nih yg perlu kita gencarkan salah satuny dg menulis artikel edukatif gini

    ReplyDelete

Post a Comment