Ada kalanya, keyakinan yang kita pegang membuat kita tampak berbeda dari orang lain. Tidak populer. Tidak disukai. Bahkan, mungkin dikucilkan.
Di
situlah letak keindahan dari berpendirian: sobat Jelajah Mia tahu siapa dirimu,
sobat Jelajah Mia tahu apa yang sobat Jelajah Mia perjuangkan, dan sobat
Jelajah Mia tidak goyah hanya karena angin pendapat orang lain berhembus
terlalu kencang.
Berpendirian Teguh
Setelah
sebelumnya sobat Jelajah Mia diajak untuk melihat kisah tokoh inspiratif yang
menyalakan senja literasi dari tanah Papua. Sekarang Jelajah Mia akan ajak berdiskusi
tentang berpendirian teguh.
Banyak
orang berpikir bahwa kekuatan seseorang terlihat dari seberapa banyak dukungan
yang dia punya. Padahal, justru dalam kesendirianlah fondasi kekuatan itu
diuji.
Saat
tak ada tepuk tangan yang datang, saat tak ada orang yang membenarkan
langkahmu, apakah sobat Jelajah Mia masih berani melangkah? Itulah ujian sejati
dari harga diri dan pendirian.
Langkah Berpendirian Teguh
Lalu
bagaimana langkah berpendirian teguh dan percaya diri meski minim dukungan?
1. Berpendirian Bukan Soal Keras Kepala, Tapi Soal Kejelasan Nilai
Banyak
yang salah mengartikan berpendirian sebagai sikap keras kepala, menolak
mendengar, menutup diri dari masukan, dan ngotot meski jelas salah.
Padahal,
berpendirian adalah kemampuan untuk tahu mengapa kita memilih sesuatu dan untuk
apa kita melakukannya.
Misalnya,
ketika sobat Jelajah Mia menolak untuk menjelekkan teman hanya demi diterima
dalam lingkaran pertemanan. Orang mungkin akan menilai sobat Jelajah Mia sok
suci, tapi sobat Jelajah Mia tahu bahwa menjaga integritas jauh lebih penting
daripada sekadar diterima.
Sobat
Jelajah Mia paham bahwa reputasi tidak dibangun dari seberapa pandai sobat
Jelajah Mia menyesuaikan diri, tapi dari seberapa teguh sobat Jelajah Mia
menjaga nilai yang sobat Jelajah Mia yakini benar.
Berpendirian
berarti berani berkata tidak saat semua orang berkata ya, jika sobat Jelajah
Mia tahu sesuatu itu bertentangan dengan nurani. Itulah kejelasan nilai yang
menjadi tiang dari harga diri.
2.
Tidak Semua Penilaian Layak Dimasukkan ke Dalam Hati
Setiap
orang punya pandangan, dan di era media sosial, suara mereka bisa terdengar
lebih keras dari sebelumnya. Tapi sobat Jelajah Mia tidak harus memercayai
semua yang mereka katakan. Tidak semua opini layak dijadikan cermin untuk
melihat dirimu.
Sobat
Jelajah Mia bisa belajar memilah mana kritik yang membangun dan mana yang hanya
pelampiasan emosi orang lain. Kuncinya adalah kesadaran diri atau self
awareness. Ketika sobat Jelajah Mia tahu apa yang benar-benar sobat Jelajah Mia
perjuangkan, komentar negatif hanya akan menjadi latar suara, bukan arah kompas
hidupmu.
Bayangkan
sobat Jelajah Mia sedang membangun rumah bernama harga diri. Setiap kata yang sobat
Jelajah Mia dengar dari orang lain adalah batu.
Sobat
Jelajah Mia boleh memilih mana yang akan dijadikan pondasi dan mana yang akan sobat
Jelajah Mia singkirkan. Jika sobat Jelajah Mia menerima semua batu tanpa
seleksi, rumah itu akan roboh oleh beratnya sendiri.
Jadi,
mulailah dengan satu pertanyaan sederhana setiap kali sobat Jelajah Mia merasa
goyah karena komentar orang lain:
“Apakah
mereka benar-benar memahami apa yang sedang aku perjuangkan?”
Jika
jawabannya tidak, sobat Jelajah Mia tahu sudah saatnya berhenti memberi mereka
kendali atas kebahagiaanmu.
3.
Percaya Diri: Energi yang Membuatmu Tetap Berdiri Saat Tidak Ada yang Menopang
Percaya
diri bukan berarti merasa selalu benar. Percaya diri adalah keyakinan bahwa sobat
Jelajah Mia akan tetap mencari kebenaran, bahkan ketika sobat Jelajah Mia belum
memahaminya sepenuhnya.
Ini
tentang keberanian untuk melangkah walau ragu, dan keteguhan untuk bangkit
walau pernah gagal.
Orang
yang percaya diri tidak butuh pengakuan untuk merasa berharga. Ia tahu bahwa
nilai dirinya tidak bergantung pada validasi orang lain.
Dan
anehnya, justru ketika sobat Jelajah Mia tidak memaksa diri untuk disukai, sobat
Jelajah Mia akan lebih dihormati.
Karena
dunia menghargai mereka yang tahu apa yang mereka perjuangkan.
Ingatlah: kepercayaan diri bukan dibangun dari pujian, tapi dari proses panjang menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan.
Dari
situ lahir keyakinan: bahwa sobat Jelajah Mia cukup. Bahwa sobat Jelajah Mia
pantas berdiri di tempatmu sekarang. Bahwa sobat Jelajah Mia bisa maju tanpa
harus meniru siapa pun.
4. Prinsip yang Benar Akan Terbukti Lewat Tindakan, Bukan Kata-Kata
Kebenaran
sebuah prinsip tidak dibuktikan lewat debat panjang atau pembenaran di media
sosial, melainkan lewat konsistensi perilaku.
Sobat
Jelajah Mia bisa mengklaim apa pun, tapi dunia hanya akan percaya jika melihat sobat
Jelajah Mia hidup sesuai dengan ucapanmu.
Contohnya
Jika sobat
Jelajah Mia percaya bahwa kejujuran adalah segalanya, maka tunjukkan lewat cara
sobat Jelajah Mia bekerja, berkomunikasi, dan berjanji.
Jika sobat
Jelajah Mia yakin bahwa menghormati diri sendiri adalah bentuk cinta sejati,
maka jangan biarkan siapa pun memperlakukanmu di bawah standar yang sobat
Jelajah Mia tetapkan.
Kebenaran
itu tidak butuh banyak kata, karena tindakan yang konsisten akan berbicara
lebih keras dari seribu pembenaran.
Dan
ketika sobat Jelajah Mia terus hidup sesuai prinsip yang benar, meski tanpa
banyak yang mendukung, waktu akan menunjukkan bahwa sobat Jelajah Mia tidak
salah.
Karena
pada akhirnya, kejujuran dan keteguhan selalu menang, bukan karena mereka
paling keras, tapi karena mereka paling tahan lama.
5. Ketika Sendirian Pun Sobat Jelajah Mia Masih Berdiri, Itulah Kemenangan Sejati
Ada
fase dalam hidup di mana sobat Jelajah Mia harus berjalan sendirian. Tidak ada
teman yang sefrekuensi, tidak ada dukungan yang datang, bahkan mungkin
orang-orang yang dulu menyemangatimu justru berbalik menjauh.
Namun,
jika di titik itu sobat Jelajah Mia masih bisa berkata,
“Aku tahu apa yang aku lakukan benar,”
maka sobat Jelajah Mia sudah menang.
Karena
kemenangan sejati bukan tentang berada di puncak dengan banyak pengikut, tapi
tentang bisa tidur nyenyak karena sobat Jelajah Mia tahu sobat Jelajah Mia
hidup dengan jujur pada prinsip, pada nilai, dan pada dirimu sendiri.
Menjadi
kuat bukan berarti tidak pernah takut. Menjadi kuat berarti tetap melangkah
meski ketakutan datang. Dan itulah esensi dari berpendirian — sobat Jelajah Mia
tidak membiarkan dunia menentukan siapa sobat Jelajah Mia, karena sobat Jelajah
Mia sudah mengenal dirimu lebih dulu.
6. Cara Membuktikan Kebenaran Prinsip Dalam Perilaku Sehari-hari
Untuk
benar-benar meyakinkan diri (dan dunia) bahwa pendirianmu berdasar pada
kebenaran, bukan ego, ada tiga langkah sederhana tapi penting:
Konsisten antara ucapan dan tindakan
Jangan
hanya bicara tentang integritas jalani. Orang yang berprinsip selalu
menunjukkan nilai-nilainya dalam hal kecil, bukan hanya saat dilihat banyak
orang.
Terbuka terhadap masukan, tapi tahu batasnya
Menerima
kritik bukan berarti menyerah pada pendapat orang lain. Dengarkan dengan hati,
tapi saring dengan pikiran.
Tetap rendah hati meski yakin dengan pendirianmu
Keyakinan
tanpa kerendahan hati hanya akan menjelma menjadi kesombongan. Sedangkan
pendirian yang dilandasi kerendahan hati akan memancarkan wibawa alami yang
tidak bisa dipalsukan.
Penutup
Berpendirian
itu seperti menjadi pohon, akar menancap dalam, batang tegak meski diterpa
angin. Daun bisa gugur, musim bisa berganti, tapi pohon tetap berdiri karena
tahu siapa dirinya.
Jangan
jadi daun yang selalu terbawa arah angin komentar dan penilaian orang.
Jadilah
pohon kokoh, tenang, dan tetap tumbuh ke
atas, walau sendirian.
Karena
pada akhirnya, dunia tidak selalu berpihak pada mereka yang benar.
Namun,
waktu akan selalu berpihak pada mereka yang tetap teguh pada kebenaran





Post a Comment
Post a Comment