Manfaat Punya Beberapa Circle Pertemanan: Biar Hidup Lebih Seimbang & Bahagia

1 comment

 

Ada masa ketika kita merasa sangat nyaman dengan satu circle: teman sekolah yang sudah seperti keluarga sendiri, teman kantor yang setiap hari bertemu, atau komunitas tertentu yang jadi tempat kita merasa “paling dipahami”.

 

Manfaat Punya Beberapa Circle Pertemanan: Biar Hidup Lebih Seimbang & Bahagia

Adakah Sobat Jelajah Mia yang merasakan hal tersebut? Pertemanan tentu bukan hanya pada satu circle saja. Roda hidup tentulah berputar, seperti halnya yang pernah Jelajah Mia bahas sebelumnya, begitu pula dengan pertemanan.

 

Saat ini Jelajah Mia akan ajak berdiskusi tentang mengapa penting memiliki banyak circle pertemanan. Apa saja yang akan dibahas? Simak hingga akhir, ya!

 

Pentingnya Memiliki Berbagai Circle Pertemanan

Tidak bisa dipungkiri, kita memiliki masa merasa sangat nyaman dengan satu circle. Entah circle teman sekolah yang sudah seperti keluarga sendiri, teman kantor yang setiap hari bertemu, atau komunitas tertentu yang jadi tempat kita merasa “paling dipahami”.

 

Tetapi seiring waktu, kenyamanan itu bisa menipis.  Bukan karena kita tak sayang lagi, tapi karena energi setiap orang berbeda-beda, situasi berubah, dan kebutuhan emosional pun bergeser.

 

Di sinilah pentingnya memiliki berbagai circle pertemanan yang beragam baik berdasarkan usia, lingkungan kerja, minat, maupun karakter.

 

Memiliki banyak circle bukan berarti kita harus punya banyak teman. Tidak perlu puluhan, apalagi ratusan. Yang penting beragam, berkualitas, dan punya fungsi yang berbeda dalam hidup kita. Bahkan dua atau tiga orang di setiap circle pun sudah cukup menjadi ruang bernapas yang sehat.

 

Pada umumnya ada berapa kategori circle pertemanan yang kita miliki? Mari kita bahas satu persatu.

 

1.  Circle Sebaya

Circle teman sebaya merupakan ruang untuk berbagi masa hidup yang sejalan. Teman sebaya sering kali adalah circle paling natural.

 

Mereka memahami fase hidup kita tanpa banyak penjelasan. Jika kamu sedang fase merintis karier, mereka mungkin sedang mengalami hal yang sama.

 

Jika kamu sedang mempelajari cara mengelola keluarga, mereka juga sedang menjalani proses serupa. Ada rasa “kita satu jalur” yang membuat percakapan mengalir tanpa perlu berusaha keras.

 

Tetapi circle sebaya pun tidak selalu jadi tempat paling aman. Kadang ada perbandingan yang tak diucapkan, ekspektasi yang muncul tanpa sengaja, bahkan tekanan sosial yang samar tapi terasa.

 

Ketika itu terjadi, memiliki circle lain membantu kita menjaga keseimbangan emosi, agar tidak terlalu terjebak dalam satu lingkungan saja.

 

2.  Circle Kerja

Circle kerja yang sarat akan profesional, efisien, tapi tak selalu bisa jadi tempat curhat. Teman kantor adalah circle yang tak bisa dihindari. Kita menghabiskan sebagian besar waktu dengan mereka, menyelesaikan proyek bersama, dan menghadapi tekanan yang sama.

 

Circle ini biasanya membuat kita berkembang secara professional karena diskusinya seputar pekerjaan, peluang, dan skill.

 

Namun, circle kerja juga penuh dinamika. Ada batas profesionalisme, ada politik kantor, dan ada situasi ketika kita tak bisa terlalu jujur karena menjaga reputasi.

 

Itulah sebabnya circle ini penting, tapi tidak bisa jadi satu-satunya sandaran. Ketika kita sedang burn out, misalnya, justru circle luar kantor yang membuat pikiran kembali jernih. Mereka memberi sudut pandang yang lebih objektif.

 

3.  Circle Komunitas

Tempat Menemukan Orang-orang yang “Satu Frekuensi”. Entah itu komunitas menulis, komunitas olahraga, pecinta buku, fotografi, atau aktivitas sosialcircle komunitas adalah ruang di mana kita bertemu mereka yang punya passion yang sama.

 

Circle komunitas inilah salah satu yang akhirnya membuat Jelajah Mia tetap waras selama pandemi. Circle komunitas menghasilkan banyak sahabat online yang walaupun akhirnya belum bisa bertemu tetapi tetap merasa dekat.

 

Circle semacam ini menyegarkan karena tidak dibangun atas dasar pekerjaan atau usia, tapi atas minat. Percakapan terasa menyenangkan, ringan, dan penuh inspirasi baru.

 

Foto Kopdar Komunitas ODOP

Juli 2025 kemarin, akhirnya Jelajah Mia bisa bertemu dengan sahabat-sahabat dari komunitas ODOP dan bonusnya ketemu sama sahabat admin di komunitas Gerakan One Week One Book. Setelah bertemu bukan merasa akward atau gimana, malah lebih dekat lagi.

 

Foto Mia dan Naqi

Circle komunitas sering jadi tempat terbaik untuk recharge ketika circle lain terasa melelahkan. Ketika teman kantor sedang sibuk, teman sebaya sedang punya masalah sendiri, dan kamu sedang jenuh di rumah, datang ke circle komunitas bisa jadi hiburan emosional.

 

Bahkan banyak orang menemukan peluang baru dari circle inilah baik pekerjaan, kolaborasi, maupun pengalaman baru.

 

4.  Circle Gen Z atau Generasi yang Lebih Muda

Salah satu cara berteman dengan yang muda yaitu untuk menjaga pikiran tetap segar. Tak sedikit orang merasa canggung berada di circle yang lebih muda.

 

Tapi sebenarnya circle Gen Z membawa banyak keuntungan: mereka lebih ekspresif, kreatif, jujur, dan update dengan tren. Energi mereka bisa menular, membuat kita terasa lebih muda, lebih melek perkembangan dunia, dan lebih fleksibel menghadapi perubahan.

 

Foto Circle Gen Z

Circle Gen Z juga membantu kita melihat hidup dari perspektif yang tidak kita duga. Ketika kita mulai terlalu serius, mereka mengingatkan bahwa hidup juga perlu ditertawakan.

 

Ketika kita tenggelam dalam rutinitas, mereka mengajak mencoba hal baru. Ketika kita merasa terjebak pola pikir lama, mereka hadir dengan cara berpikir segar yang membuka pintu-pintu baru.

 

Memiliki circle seperti ini membuat pikiran tidak cepat menua bukan soal umur, tapi soal fleksibilitas cara berpikir.

 

Mengapa Tidak Boleh Hanya Mengandalkan Satu Circle?

Ketika kita hanya berpegang pada satu circle, kita cenderung:

·           Mudah jenuh,

·           Lebih cepat tersinggung,

·           Merasa terisolasi ketika konflik terjadi,

·           Sulit berkembang karena perspektif terbatas,

·    Dan sering kali memberi beban emosional berlebih pada lingkungan tersebut.

 

Circle yang berbeda ibarat ruang transit ketika satu ruang terasa penuh. Bukan untuk kabur dari masalah, tapi untuk menjaga diri agar tidak meledak dalam tekanan. Berpindah circle memberi kita waktu untuk menenangkan diri dan melihat masalah dengan kepala yang lebih dingin.

 

Perlukah Memiliki Circle Beragam?

Memiliki Circle yang Beragam = Sudut Pandang yang Lebih Luas

·         Dari circle sebaya, kita belajar memahami fase hidup kita.

·         Dari circle kantor, kita belajar profesionalisme.

·         Dari circle komunitas, kita belajar kreativitas dan passion.

·    Dari circle Gen Z, kita belajar fleksibilitas dan keberanian mencoba hal baru.

 

Setiap circle mengajarkan sesuatu yang berbeda, sehingga pikiran kita tidak kaku di satu pola. Semakin banyak perspektif yang kita dengar, semakin matang cara kita mengambil keputusan.

 

Ini sangat berguna terutama ketika kita mengalami konflik atau kebingungan dalam hidup. Karena sudut pandang orang yang berbeda karakter dan latar belakang sering membantu kita menemukan jawaban yang tidak terpikir sebelumnya.

 

Circle Tidak Harus Banyak

Circle tidak harus banyak yang penting berkualitas. Sering muncul anggapan bahwa orang dengan banyak circle adalah orang yang ekstrovert, punya banyak teman, dan selalu sibuk nongkrong. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

 

Kita bisa punya banyak circle, tapi setiap circle hanya berisi 1–3 orang. Yang penting bukan kuantitas, melainkan kedalaman dan nyamannya energi.

 

Sebuah circle berkualitas:

·           Membuat kita lebih tenang,

·           Tidak membebani,

·           Tidak penuh drama,

·           Dan mendukung perkembangan hidup kita.

 

Jika circle terasa menguras energi, tidak apa-apa untuk memberi jarak. Circle bukan kewajiban—itu ruang aman, bukan ruang tekanan.

 

Berpindah Circle Tanda Gak Setia?

Namanya kehidupan ada masanya kita tidak nyaman atau bahkan tidak cocok. Berpindah circle bukan “Gak Setia”, tapi cara menjaga kesehatan mental.

 

Banyak orang merasa bersalah ketika lebih sering menghabiskan waktu dengan circle lain. Ada rasa takut dianggap berubah, memilih-milih teman, atau menjauh tanpa alasan. Padahal pergantian circle bukan soal loyalitas, tapi kejujuran terhadap diri sendiri.

 

Setiap orang punya kapasitas emosional yang terbatas. Ketika satu circle sedang riuh, kita butuh circle lain yang tenang. Ketika circle lain sedang sibuk, kita butuh circle yang bisa membuat tertawa. Inilah dinamika manusia.

 

Berpindah circle adalah bentuk self care. Kita tetap menghargai circle lama tanpa memaksakan diri untuk selalu mengabdi pada satu ruang.

 

Penutup

Hidup terasa lebih ringan saat kita tidak tergantung pada satu circle. Memiliki banyak circle membuat hidup kita seimbang.

 

Kita punya ruang untuk berkembang, ruang untuk tertawa, ruang untuk berkeluh kesah, dan ruang untuk berhenti sejenak. Hidup yang sehat bukan tentang punya banyak orang, tapi tentang punya kombinasi ruang yang tepat.

 

Tidak semua circle harus dalam. Tidak semua circle harus intens. Yang penting memberi makna, ruang, dan sudut pandang baru.

 

Sebab manusia memang tidak diciptakan untuk melekat pada satu kelompok saja. Kita bergerak, tumbuh, berubah dan circle yang berbeda membantu kita menjalaninya tanpa merasa terkekang.

 


Newest Older

Related Posts

1 comment

  1. Hidup memang terasa lebih berwarna dengan bergabung beberapa cicle pertemanan, karena fokus tiap circle kan beda-beda ya.

    ReplyDelete

Post a Comment