Opini tentang Cerpen Setelah Para Tetua Pergi

5 comments

  



Designed using canva


Setiap pekan selalu ada tulisan tantangan di oprek angkatan 9, untuk pekan keempat adalah memberikan opini tentang cerpen yang berjudul, “Setelah Para Tetua Pergi”, karya Achmad Ikhtiar. Pada tulisan kali ini saya akan menuliskan opini tentang cerpen tersebut dilihat dari beberapa unsur intrinsik cerpen :

 

Tema

Tema cerita adalah tentang para tetua yang meyakini apa yang tertulis dalam buku nubuat ribuan tahun yang lalu dan berusaha menyelamatkan apa yang ada di kehidupan kini. Para tetua berupaya menjaga keberlangsungan kehidupan.

 

Latar

Latar adalah keterangan tentang tempat, waktu dan suasana terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah karya sastra. Atau definisi latar yaitu unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra yang teridiri dari ruang, waktu dan suasana yang terjadi pada suatu peristiwa dalam cerita karya sastra.

sumber:  https://www.temukanpengertian.com/2015/09/pengertian-latar.html

 

Ada tiga latar yang mencakup dalam cerpen ini : latar waktu, tempat, dan sosial.

 

Latar waktu yang melingkupi kisah utama ketika para tetua berkumpul tidak digambarkan. Tidak ada keterangan waktu, kejadian tahun berapa atau terjadi di waktu siang/sore. Satu-satunya keterangan waktu ada pada penutup cerpen, “Aku menghabiskan sore itu dengan mengajak si bungsu…”

 

Latar tempat digambarkan dengan cukup detail. Ruangan yang penuh orang hingga asap cerutu.

 

Latar sosial digambarkan dengan keadaan orang-orang yang  tertekan, yang ada pada ruangan tersebut. “Beberapa dari kami saling bertukar pandangan satu sama lain. Seseorang dengan setelan jas hitam mengkilat hanya mengangkat bahu saat rekannya yang berpakaian serba putih mencoba bertanya dengan gestur matanya.”

 

Tokoh

Mencoba baca beberapa kali,  saya tak merasakan unsur tokoh dan penokohan yang kuat ketika membaca cerpen ini. Siapakah aku? Apakah hubungannya dengan lelaki tambun atau para tetua sehingga ia bisa ada di ruangan sekaligus bisa selamat ketika para tetua menghilang? Atau memang penulis lebih menekankan plot latar dan pesan tersirat pada kisahnya.

 

Gaya Bahasa atau Majas

Gaya bahasa merupakan cara pengarang mengekspreikan dirinya melalui bahasa yang khas. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut antara lain majas personifikasi yang menunjukkan sifat yang menyerupai manusia “Burung-burung yang semula dalam sangkar enggan menyanyi kini bersenandung manja di pohon-pohon di halaman.”

 

Alur

Alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju yang bergerak ke masa depan.

 

Amanat

Beberapa amanat yang diperoleh dari cerpen tersebut :

1.   Menuruti perintah tetua demi kebaikan yang lebih besar.

2.   Upaya untuk menjaga keberlangsungan kehidupan harus dilakukan agar kehidupan bisa diwariskan ke anak cucu.

3.   Perlunya harmoni kehidupan agar damai.


Designed using canva


Demikianlah opini saya tentang cerpen tersebut. Jika ingin membacanya, silakan klik link dibawah ini, yaa 😊

https://www.ngodop.com/2021/07/setelah-para-tetua-pergi.html?m=1

Related Posts

5 comments

  1. Tugas yang benar-benar menantang ya, Kak. Menulis opini pada sebuah karya, dan itu tidak mudah. Tapi selamat, sudah berkarya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mas. Makasih juga saran-sarannya pas semalam bedah tulisan jadi makin tertantang banyak belajar tentang menulis opini

      Delete
  2. Yah langsung direvisi donk, rajin amat Kak! Punyaku biarin aja kayak gitu wkwk... Padahal curhatku setengah halaman haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Revisi tipis-tipis tapi bagian mempertajam opini belum hahahaha, masih edisi reviw cerpen saja punyaku

      Delete
  3. Cerpen ini emang bikin penasaran untuk dulas ya...bahasanya tapi agak baku.

    ReplyDelete

Post a Comment