Rumah Makan Sunda Citraloka Part 3

Post a Comment

 

Designed by using canva

Ketika di kantor, Inspektur Amar memilih diam sejenak di meja kerjanya, menatap  papan tulis yang berisi foto serta petunjuk-petunjuk mengenai pembunuhan Fahira Azzahra. Setelah tadi melakukan pemeriksaan di Rumah Makan Sunda Citraloka  berakhir sia-sia, Inspektur Amar harus memeriksa ulang semua petunjuk secara lebih menyeluruh agar tidak terlewat.

 

Inspektur Amar merupakan salah satu perwira terbaik yang dimiliki oleh Polsek Sukasari. Hampir semua kasus ia selesaikan selama 5 tahun dinasnya di Polsek Sukasari. Sebelumnya, Inspektur Amar ditugaskan selama 5 tahun di Makassar tetapi tak menyelesaikan banyak kasus karena masih perwira biasa dan dianggap sebagai junior. Berkat ketangguhannya selama 10 tahun, ia banyak mendapatkan penghargaan bahkan akan dimutasi ke ibu kota karena prestasi dan ketangguhan dalam menyelesaikan masalah.

 

“Rakha!” panggil Inspektur Amar. “Hasil forensic sudah keluar?” Lanjut tanya dari Inspektur Amar

“Mungkin sudah, Pak. Tapi kata pihak rumah sakit akan diantarkan besok pagi.” Jawab Rakha sambil menuliskan laporan hasil penyeledikan tadi siang.

“Jika sudah keluar, kamu cocokkan sidik jari yang ada di pisau pelaku dengan sidik jari Adistia. Jika sudah ada hasilnya baru kamu lapor ke saya.” Perintah Inspektur Amar ke Rakha

“Baik, Pak.” kata Rakha lalu lanjut bertanya. “Ada lagi yang harus saya lakukan, Pak?
“Besok pagi coba mintai keterangan dari sahabat-sahabat korban lebih detail serta tanyakan hubungan Fahira dan Adistia.”

“Jadi penyelidikan kita saat ini lebih fokus ke arah Adistia, Pak?”

“Kita harus sesegera mungkin menyelesaikan kasus ini, supaya menjadi kasus terakhir saya disini dengan bagus dan terselesaikan.” Kata Inspektur Amar sembari merenggangkan otot karena hari ini benar-benar lelah.

“Terakhir?” Tanya Rakha dengan heran

Dagu Inspektur Amar menunjuk ke arah surat yang tergeletak di meja. Rakha langsung memeriksa isi surat. Perwira itu membaca sekilas, lalu ia mendongkak dan kembali menatap Inspektur Amar, “ Jadi Bapak akan dimutasi ke Ibu Kota?”

“Sepertinya ibu kota butuh polisi macam saya, apalagi disana sedang gempar-gemparnya politisi yang ditembak mati saat dia sedang pidato.” Jawab Inspektur Amar

“Kasus penembakan Politisi itu kan bebarengan dengan penemuan mayat Fahira Azzahra tadi pagi.”

“Setidaknya kejadian itu dapat mengalihkan perhatian masyarakat dan disaat mereka tersadar, semoga kita sudah menyelesaikan kasus ini, mengerti?” ucap Inspektur Amar dengan tegas

“Siap, mengerti, Pak”

Sementara situasi di Rumah Makan Sunda Citraloka setelah peninggalan dua polisi, di area loker khusus staff dan pegawai, Adistia duduk merenung meratapi apa yang terjadi siang ini. Berbagai kesalahan dilakukan dalam menyajikan kudapan untuk malam ini, bukan hanya akan diturunkan sebagai asisten dapur lagi, mungkin akan dipecat kalau ada Kang Ajat. Ia tidak menyangka kedatangan polisi yang mencurigai dirinya dengan bukti yang ada, membuat feel masaknya jadi buyar. Lalu tiba-tiba ada yang nyamperin dan memberinya air minum yaitu Patra.

“Minum biar ga stress.” kata Patra sambil duduk di samping Adistia

“Kamu ngapain disini?” tanya Adistia

“Diusir dari dapur kaya kamu, biasalah tumis ayam suwir.” Jawab Patra

“Kamu ga bosen diusir terus gara-gara tumis ayam suwir?”

“Tau tuh. Kayanya tumis ayam suwir susah bersahabat sama aku. Aku maunya satu tim sama kamu buat bikin kudapan. Lagian tumben-tumbenan diusir dari dapur?”

“Kayanya pas polisi tadi siang datang dan bawa bukti jadi bikin aku diduga sebagai pelaku, aku takut dong.” Jawab Adistia sambil memasang muka sedih

“Tenang, semua akan baik-baik saja” hibur Patra. “Pulang bareng sama aku, yuk.”

Lalu Adistia sedikit kaget dengan ajakan dari Patra.

“Kok diem, emang kamu ga pernah dekat sama cowok atau gimana.” tanya patra

“Kalau pas sekolah, emang ada yang coba deketin tapi langsung mundur begitu tahu ayahku siapa.” Kata Adistia sambil cengar cengir

“Siapun yang tahu tentang keluargamu pasti bakal minder.” Jawab Patra sambil ketawa

Setelah pulang kerja,Patra jadi anterin pulang Adistia, mereka mengobrol yang ringan-ringan dan seputar aktivitas sehari-hari.

“Ternyata seru ya ngobrol sama kamu” Ucap Patra. “Eh besok pagi sebelum berangkat ke rumah makan, kita lari pagi ke Gasibu, yu” Ajak Patra

“Iya boleh, deh” Jawab Adistia dengan malu-malu

 

06.20

Hari masih pagi tetapi Brigadir Rakha sudan bergegas setelah menerima whatsapp berisi alamat seseorang. Ia sengaja berpakaian kasual agar tidak menarik perhatian warga sekitar. Ia menjalankan perintah yang disampaikan Inspektur Amar kemarin sore.

“Punten, mau tanya, ini bener kosan Kania Isyana?” tanya Rakha kepada bapak penjaga kosan.

“Oh, leres, a. Perlu saya panggilkan Kanianya?” Tanya Bapak penjaga kosan. “ Aa siapanya Kania?”

Lalu Rakha menunjukkan identitas dirinya sebagai polisi dan lalu bapak penjaga kosan langsung terkejut. “Kenapa polisi cari Kania?”

“Saya hanya mau meminta keterangan dari Kania, karena salah satu temannya jadi korban pembunuhan” Jawab Rakha

“Baik saya panggilkan, silakan duduk di ruang tamu, kosan ini khusus untuk wanita jadi tamu pria selalu diarahkan untuk bertamu di ruang tamu.” Bapak penjaga kosan memberikan sedikit gambaran dengan situasi kosan yang dia jaga,

Lalu ga berapa lama, Kania pun datang dan langsung bertanya, “ Ada yang bisa saya bantu?”

“ Saya ingin melakukan penyelidikan lebih lanjut, “ Rakha sambil memperlihatkan identitas polisinya “Kira-kira apakah anda tahu apa hubungan antara Adistia dan Fahira?”

“Setahu saya mereka berdua tidak terlalu akrab. Fahira dekatnya sama kita-kita aja karena Adistia kesayangan Kang Ajat. Kalau sama Adistia paling masalah hutang 10 juta, tapi saya kurang hapal detailnya. “ Jawab Kania dengan lugas

Lalu Rakha mencatat keterangan itu dan Kania pun bertanya, “ Apa pelakunya itu Adistia, pak?”

“Oh tentu tidak, ini baru dugaan sementara, perlu penyeledikan lebih lanjut salah satu saya bertanya pada anda.” Jawab rakha dengan diplomatis

“Mungkin Adistia dendam karena kita sering ngejek dia yang cepat naik pangkat di rumah makan.” timpal Kania

“Ada orang lain lagi yang mungkin dekat dengan Fahira selain kalian dan Nadira?” tanya Rakha sedikit mengalihkan asumsi personal dari kania.

“kalau dekat lagi sih engga ada, tapi orang terakhir yang ketemu Fahira ya Teh Nisa, wakil kepala juru masak.” jawab Kania

“Baik saudara Kania, terima kasih atas kerjasamanya, jika ada yang perlu dikonfirmasi akan saya hubungi. Saya pamit undur diri.” Lalu Rakha pun bergegas ke kantor untuk melaporkan hasil penyeledikannya ke Inspektur Amar.

 

Rakha terengah-engah berlari setelah sampai kantor, ia bermaksud langsung ke ruang kerja Inspektur Amar tapi ditahan oleh petugas piket.

“Oh Shit!” rutuk Rakha setelah membaca sekilas hasil forensik

 

 

 

Related Posts

Post a Comment