Misteri Rumah Eyang Sutanto Part 5

Post a Comment

 

Lalu Eyang Sutanto  membalik badan dan memanggilku;

 

"Aku tahu kamu ada di sana. Cepat keluar dan bergabung bersama kami!"

 

Lantas, karena tidak punya pilihan, aku memutuskan untuk datang menghadap Eyang Sutanto . Kalakian - dengan penuh rasa takut - aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.

 

Misteri Rumah Eyang Sutanto Part 5

"Jadi... isu itu... ternyata benar?"

 

"Nak... kamu masih muda. Kamu tidak akan paham dengan penjelasanku." jawab Eyang Sutanto .

 

"Tapi itu tidak benar, Eyang!"

 

"Tidak benar? Tahu apa kamu?" balasnya sembari melotot tajam, "Yang tidak benar itu... aku kehilangan keluargaku! Menderita dan kesepian! Padahal... aku selalu menyembah-Nya! Tapi... inikah balasan dari-Nya? Apakah itu benar?"

 

"Tapi Eyang masih punya orang-orang yang peduli!"

 

"Omong kosong! Mereka hanya peduli dengan uangku... tapi tidak dengan penderitaanku!" balasnya penuh amarah, "Orang yang peduli denganku... hanyalah putriku! Tapi maut telah merenggutnya! Sekarang akan kubuktikan... bahwa aku dapat mencundanginya!"

 

Lantas aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban itu. Kini aku telah menyaksikan; betapa besar cinta Eyang Sutanto  terhadap putrinya, sehingga dia berusaha mengingkari hukum alam, demi bertemu kembali dengan putrinya.

 

"Lalu... mereka?" tanyaku sembari menunjuk orang-orang yang ada di dalam ceruk.

 

"Mereka? Mereka adalah mayat yang kuambil dari permakaman umum... untuk kujadikan sebagai kelinci percobaan dari ritualku." ujarnya dengan dingin, "Tetapi... setelah ini semua berakhir... aku akan menjadikan mereka sebagai budakku."

 

Aku yang mendengar jawaban itu hanya bisa menatap dengan penuh kesangsian dan perasaan ngeri.

 

"Tenang anak muda, mereka tidak akan menyakitimu... kecuali mereka mencium darahmu... atau aku yang memerintahkannya." ujar Eyang Sutanto .

 

Aku yang mendengar itu, hanya bisa berteriak emosional;

 

"Kamu sudah gila!"

         

Tetapi Eyang Sutanto  hanya tertawa lepas seperti setan, lalu menatapku dengan penuh teror.

 

"Ritual ini hampir sempurna! Aku harus segera menyelesaikannya!"

 

Kemudian Eyang Sutanto  langsung menghunus sebuah keris dan memandikannya dengan kembang tujuh rupa yang telah dicampur oleh minyak dupa.

 

"Apakah kamu tahu... mengapa kamu masih berada di rumah ini?" tanya Eyang Sutanto .

 

Aku hanya menggelengkan kepala dengan gelisah.

 

"Tadi aku menghubungi Bagas untuk menjemputmu. Tetapi dia bilang sedang sibuk kerja, sehingga dia baru bisa menjemputmu di hari esok." ujarnya, "Tiba-tiba aku teringat... bahwa untuk menyempurnakan ritual pembangkitan putriku... aku harus menyiapkan darah pria muda untuk dipersembahkan kepada putriku yang baru hidup kembali!"

 

Seketika dadaku mulai sesak; seakan aku dapat menerka arah pesan yang akan dia sampaikan.

 

"Jika kamu masih di rumah ini, aku tidak perlu repot mencari darah pria muda! Jadi aku bilang ke Bagas untuk membatalkan penjemputanmu! Lalu, kuputus kabel telepon agar tidak ada yang mengganggu!" tambahnya.

 

"Jadi... itu... perbuatan Eyang?" tanyaku bergetar.

 

Eyang Sutanto  hanya menganggukkan kepala, sembari tersenyum dursila. Kemudian dia berkata;

 

"Seingatku, aku sudah menuangkan obat tidur ke dalam kopimu, agar aku bisa menjadikanmu tumbal saat kamu masih tertidur. Tapi sayangnya, kamu sudah bangun!"

 

Aku hanya bisa menggelengkan kepala dan menatap ngeri. Lantas, Eyang Sutanto  memerintahkan orang-orang yang di dalam ceruk untuk menangkapku. Alhasil, aku langsung bergegas lari menuju lorong pintu keluar.

 

Namun nahas, mereka berhasil menghadang dan menangkapku di mulut lorong. Kemudian orang-orang terkutuk itu mulai menarik badanku; menyeretku dengan kasar ke hadapan Eyang Sutanto , yang sudah menanti dengan sebuah keris di tangannya. Aku hanya bisa meronta dan berusaha melawan semampuku, dengan melempar serangan asal ke sekelilingku. Namun mereka sangat kuat dan tidak manusiawi! Mereka seperti monster!

 

Awalnya aku sudah putus asa, bahwa aku tidak akan bisa lepas dari genggaman mereka. Tetapi, ternyata aku salah! Tendanganku berhasil menyepak salah satu dari mereka - yang tidak begitu kuat - sehingga terlempar ke arah Eyang Sutanto  dan membuat keris yang digenggamnya menusuk lengan kirinya sendiri. Lantas semua orang yang di tempat itu langsung mematung dan menatap Eyang Sutanto . Di saat itulah penjagaan mereka melemah, sehingga aku berhasil melepaskan diri dan menjauh dari mereka.

 

Arkian, mereka mulai mendekati Eyang Sutanto , karena terangsang oleh bau darah yang mengalir keluar dari lengannya. Sedangkan Eyang Sutanto  hanya bisa melangkah mundur; melempar perintah gemetar ke mereka; hingga berteriak penuh kengerian. Ironisnya, mereka tidak mematuhi perintahnya dan terus mengejar.

 

Hingga akhirnya, langkah Eyang Sutanto  terhenti saat mendapati mayat hidup putrinya telah menghadangnya.

 

"Putriku... jangan lakukan itu! Jangan!" tangis Eyang Sutanto  penuh keputusasaan.

 

Putrinya hanya menatap dingin; lalu dia melompat ke tubuh Eyang Sutanto ; lantas menggigit leher dan merobeknya. Walhasil, darah mulai berkucuran dengan deras dari leher Eyang Sutanto . Arkian, putrinya mulai memangsa tubuh Eyang Sutanto , sedangkan yang lainnya mulai mengikuti hal serupa. Mereka mencabik-cabik tubuh Eyang Sutanto  dengan penuh kekejian; meraung seperti iblis mengerikan; lalu memakan pecahan tubuhnya di depan mataku. Eyang Sutanto  hanya bisa menjerit sekarat dengan suara yang membaur dengan raungan mereka, sehingga menciptakan sebuah alunan musik neraka yang menggema di seluruh katakomba. Alhasil, tanpa menunggu waktu lama, aku langsung bergegas lari keluar dari tempat itu; keluar dari rumah Eyang Sutanto  dan menerobos hujan badai.

 

Arkian, aku melihat murka halilintar di langit; dibantu dengan tiupan angin puting beliung yang ganas; menghantam rumah Eyang Sutanto  secara berulang kali di depan mataku; sekaligus membuat hangus dan menumbangkan beberapa pohon di sekitar rumah. Jiwaku sungguh terguncang hebat saat melihat dinding-dinding rumah yang runtuh, sekaligus mengubur semua orang di dalamnya. Eyang Sutanto  telah dikalahkan oleh maut, dan sekarang dia kembali bersatu dengan keluarganya. Aku yang menyaksikan peristiwa dahsyat tersebut, hanya bisa berdoa agar Tuhan mau mengampuni dosa pria tua yang malang itu.


Tamat

 

Related Posts

Post a Comment