Kondisi Orang Tua Saat Kehilangan Anak

3 comments

 

Bagaimana sih rasanya saat orang tua kehilangan anak? Sedih, ga usah ditanya! Hancur, ah, berasa besok ga tau hidup gimana! Sebelumnya Jelajah Mia bahas Privilage Menjadi Guru Nah, itu lah yang dirasakan Jelajah Mia saat kehilangan calon buah hati. Yuk, simak curhatan ya kali ini 😘😘😘


Kondisi Orang Tua Saat Kehilangan Anak

 


Kehilangan Anak Kehilangan Masa Depan

Pasangan suami istri mana yang tidak terguncang ketika mengetahui calon buah hati yang dikandungnya hilang alias keguguran? Akan terasa sulit menerima kenyataan, mengingat perjuangan memiliki buah hati terasa berat. Apalagi ketika yang dinanti adalah para pejuang garis dua biru.

 

Lalu, tiba-tiba nasib berkata lain. Menghadapi hari-hari menanti kembali diberi kepercayaan memiliki buah hati. Apalagi, jika anak tersebut adalah harapan untuk mengubah masa depan keluarga menjadi lebih baik. Banyak yang mengatakan bahwa kehilangan anak seperti kehilangan masa depan, benarkah seperti itu?

 

Dua tahun yang lalu Jelajah Mia pernah menulis tentang self love dan bagaimana bangkit dari trauma kehilangan calon buah hati. Nah, kali ini Jelajah Mia sedikit curhat, kala itu kondisi psikologis Jelajah Mia waktu kehilangan tuh gimana?

 

Kondisi Psikologis Orang Tua Saat Kehilangan Anak

Seperti apa kondisi psikologis orang tua yang kehilangan anak? Butuh berapa lama untuk bisa berdamai dengan kenyataan?

 

1. Penuh akan Perasaan Bersalah

Orang tua yang berkabung  dibanjiri dengan emosi negatif seperti rasa bersalah dan penyesalan. Bahkan sampai menyalahkan diri sendiri dengan berpikir bahwa sesuatu yang dilakukan atau abaikan berkontribusi pada kematian anak.

 

Kalau Jelajah Mia merasa bersalah karena menganggap dirinya kurang berhati-hati atau terlalu banyak aktivitas selama hamil. Sampai menyalahkan diri karena ikut suntik dosis 2, karena saat itu tidak tahu kalau sedang hamil.

 

Mengutip The Compassionate Friends, orang tua yang berduka perlu menemukan seseorang untuk berbagi kesedihan. Selain itu, orang tua juga perlu belajar memaafkan diri sendiri agar tidak dihantui rasa bersalah.

 

2. Marah dan Menyalahkan Keadaan

Setiap orang pasti memiliki kemarahan, yang muncul secara kita duga dan sadar. Kemarahan adalah reaksi yang sangat wajar. Pasti ada di posisi marah pada Tuhan karena telah mencabut nyawa anaknya. Kita mempertanyakan mengapa harus kita yang menerima musibah ini, bukan orang lain.

 

Kemarahan sulit untuk diungkapkan dan akhirnya terpaksa dipendam sendiri. Ini mungkin membuatnya mudah tersinggung atau bahkan melampiaskan ke orang lain yang tidak bersalah. Jalan keluar terbaik adalah mengalihkan pada kegiatan positif dan produktif yang bisa melupakan kemaragan kita. Atau bila dirasa sudah menjurus ke arah negatif, bisa dibicarakan dengan profesional

 

3. Merasa Hampa

Kematian menyisakan perasaan kosong dan hampa, seolah sebagian dari mereka juga mati. Bahkan, merasa seolah masih ada janin di perut kita. Memang butuh waktu untuk memproses apa yang terjadi.

 

Normal ga kondisi seperti itu? Normal, akan tiba waktunya terbebas dari perasaan hampa dan kosong. Dalam perjalanan mengarungi duka, kehadiran keluarga dan teman-teman yang menyamankan perasaan kita yang hampa.

 

4. Larut akan Kesedihan

Kehilangan akan barang saja menimbulkan kesedihan, apalagi kehilangan anak. Hari-hari awal ditinggalkan pasti dipenuhi dengan air mata. Semuanya terasa seperti tidak nyata.

 

Untuk mencegah kesedihan menjadi berlarut-larut perlu ada pendampingan. Pendamping terbaik tentunya adalah pasangan, dimana bisa saling menguatkan. Kala itu karena masih masa pandemi dan edisi di suruh dirumah aja karena masa Delta juga, jadi ya dikuatkan sama suami.

 

Jangan salah, lelaki itu nampak tegar dan kuat, tapi di posisi kehilangan sebenernya mereka itu jauh lebih rapuh dari kita. Mengapa? Tidak semua bisa mengungkapkan perasaan.

 

5. Dipenuhi Ketakutan Berlebihan

Rasa takut bisa membuat kita menjadi terlalu protektif terhadap segala hal. Jadi lebih hati-hati ketika melakukan segala hal.

 

Tidak ada yang tahu pasti kapan periode berduka selesai dan bisa kembali melanjutkan hidup seperti sediakala. Tetap selalu bisa memaafkan dan berdamai dengan keadaan.

 

Penutup

Nah, itulah sedikit gambaran mengenai kondisi psikologis orang tua saat kehilangan anaknya. Inipun dirasakan oleh Jelajah Mia dua tahun yang lalu.

 

Salah satu obatnya, ya akhirnya disegerakan punya buah hati yang menggemaskan yang sekarang sudah 17 bulan. Apakah Sobat Jelajah Mia pernah atau sedang merasakan kondisi kehilangan? Semoga selalu dikuatkan dan bisa melepas kepergian  dengan lapang dada, ya 🥰🥰🥰


Related Posts

3 comments

  1. Peluk dari jauh Kak, Alhamdulillah sudah bisa melalui masa yang sulit ya Kak
    Alhamdulillah kak Mia bisa melewatinya dan kuat karena tidak banyak yang dapat melaluinya dengan kuat

    ReplyDelete
  2. Semoga kehilangan ananda menjadi pahala kesabaran bagi kedua orang tuanya...Alhamdulillah kini ada adik yang menggemaskan yang akan selalu menemani Ayah Bundanya..Sehat2 selalu ya

    ReplyDelete
  3. Masyaallah, semoga bagi orang tua yang kehilangan ananda diberikan kelapangan hati ya mba..

    ReplyDelete

Post a Comment