Tradisi Mudik yang Selalu Ada

20 comments

 

Tanpa terasa sudah melewati sembilan belas hari puasa. Tingkatkan aktivitas menjelang akhir Ramadan pun berbeda. Sudah mulai pusing memikirkan baju lebaran alias baju bedug yang belum terbeli? Atau mulai pusing dengan daftar thr dan hampers yang akan dibagikan saat lebaran?

 

Tradisi Mudik Yang Selalu Ada

Kenapa ada Tradisi Mudik?

Berbicara thr dan hampers yang akan dibagikan, tentunya lekat dengan pembicaraan pulang kampung. Pulang ke kampung halaman atau ada juga yang bilang mudik merupakan tradisi yang tidak bisa dipisahkan dari perayaan Idulfitri.

 

Tidak heran jika menjelang akhir Ramadan, para pemudik mulai meramaikan jalanan lintas provinsi untuk kembali ke kampung halaman atau ke rumah orang tua/kerabat.

 

Setelah sebelumnya Jelajah Mia membahas tentang suasana awal ramadan, sekarang mari kita membahas tentang tradisi mudik yang selalu ada.

 

Kala pandemi, sempat ramai pembahasan bahwa pulang kampung boleh tapi kalau mudik tidak boleh. Lalu, ada yang tahu perbedaan mudik dan pulang kampung?

 

Perbedaan Mudik dan Pulang Kampung

Jika diperhatikan dengan baik, bahkan KBBI pun menyatakan istilah “mudik” dan “pulang kampung” itu berbeda. Tidak secara mutlak, hanya saja tidak bisa dinyatakan sama.

 

Perbedaan Mudik dan Pulang Kampung

Mudik sebenarnya penurunan dari kata udik. Menilik KBBI, udik memiliki tiga pengertian, yaitu sungai yang berada di atas atau hulu sungai; desa, dusun, kampung; dan kurang sopan santun, kampungan, canggung tingkah lakunya. Dua arti awal adalah kata benda, sedangkan yang terakhir adalah kata sifat.

 

Sifat-sifat kata udik tersebut masih terserap untuk memberi pengertian untuk kata mudik, yaitu pulang ke kampung asal dan berlayar ke udik. Pulang kampung hanya memiliki satu pengertian, yaitu kembali ke kampung halaman atau mudik.

 

Secara sederhana,  mudik dari udik adalah perbedaan pertama dari dua istilah, mudik dan pulang kampung jika dilihat dari lema dalam kamus dan morfologi atau ilmu pembentukan kata. Secara budaya, keduanya juga bisa disebut sebagai kembar tapi tak serupa.

 

Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia menggunakan istilah mudik, sebenarnya kata ini akan sering muncul ketika menjelang hari besar keagamaan, terutama Idul Fitri. Sedangkan untuk istilah pulang kampung, bisa dipakai kapan saja untuk menyatakan seseorang yang merantau di luar daerah asal kembali ke kampung halamannya.

 

Fenomena Tradisi Mudik

Mudik menjadi sesuatu yang luar biasa. Tidak heran jika aktivitas mudik kerap menghasilkan nilai-nilai “dramatis”, seperti harus bermacet-macetan, berdesak-desakan di angkutan umum, menyiapkan perbekalan, hingga tidak jarang untuk membeli tiket dengan harga yang sungguh berkali-kali lipat dibandingkan dengan hari biasa.

 

Bahkan tiket yang mahal sekalipun, akan susah didapatkan. Istilah sekarang itu ‘war tiket’. Sobat Jelajah Mia bagaimana mendapat tiket mudiknya?

 

Saya lahir di generasi 90an dimana akses jalan dan transportasi tidak senyaman sekarang. Memang mudiknya masih antar kota dalam satu provinsi. Tapi belum adanya tol cipularang adalah sesuatu hal perjuangan sekali.

 

Apalagi hingga saat ini, saya termasuk manusia mabuk perjalanan, betapa indahnya bukan menikmati perjalanan pulang kampungnya. Bahkan anakku sudah mulai menunjukkan gejala mirip ibunya, mabuk perjalanan pula.

 

Setelah menikah tentunya agar tidak menjadi hal mengganjal baik dari suami maupun saya, untuk urusan pulang kampung kami benar-benar adil dan bijak mungkin.

 

Biasanya untuk awal Ramadan, pulang kampung ke rumah orang tua saya di Bogor dan lebaran ke rumah keluarga suami di Sumedang. Kalau ke Bogor kami menggunakan bus, ke Sumedang menggunakan motor.

 

Mengapa demikian? Keluarga saya tipenya urban sekali, lebaran ya udah kumpul biasa saja. Apalagi sejak kakek nenek tidak ada, rumah tidak terlalu banyak kunjungan.

 

Sementara di keluarga suami, namanya lebaran masih sangat lekat tradisi dan hiporia aktivitas lebarannya. Biar atala merasakan indahnya suasana lebaran dan berkumpul bersama sepupu-sepupunya.

 

Penutup

Kenapa orang sampai memperjuangan diri untuk pulang kampung? Karena pulang kampung bukan sekadar kembali ke kampung halaman bertemu orang tua/keluarga/kerabat. Lebih dari itu, mudik merupakan momentum bertemunya hati serta perasaan.

 

Bagaimana mudik tahun ini Sobat Jelajah Mia? Tidak mudik di waktu lebarankah? Atau nanti sistem pulang kampung saja?


Related Posts

20 comments

  1. Tahun ini saya kayaknya ngga mudik

    kebagian giliran utk stay di Surabaya.
    ya wis gapapa... dinikmati saja

    ReplyDelete
  2. Klo aku harus bersabar untuk pulang kampung, mungkin 2-3 tahun lagi. Klo ada uang pasti pulang, klo pas pun pulang pas Ramazan wah alhamdulillah banget

    ReplyDelete
  3. Tahun ini saya mudik mbak, sudah rindu sekali dengan kampung halaman. Bagi saya mudik adalah hal yang sangat saya tunggu karena saya bisa berkumpul dengan keluarga dan bisa mengenang masa kecil saya dulu. Terkadang pas mudik saya suka mengunjungi tempat-tempat yang dulu jadi tempat bermain saya

    ReplyDelete
  4. Saya mah semua keluarga baik dari pihak saya maupun suami sama sama ada di Cianjur. Jadi ga mudik kemanapun hehehe... Mudiknya jadi serasa ke pasar aja soalnya pada dekatan. Paling jauh itu beda kecamatan hehehe

    ReplyDelete
  5. Di era digital seperti sekrang dan zamannya juga makin berkembang, penting banget untuk peka terhadap prospek masa depan. Salah satunya dg ekonomi kreatif ini. Yg bsa mendukung pertumbuhan ekonomi yg lbh baik. Apalagi sekarang jga ada sarana pendukungnya yg bsa dimanfaatkan oleh masyarakat

    ReplyDelete
  6. Lah salah copy komen😌
    Di hp selalu eror. Jd komennya aku ketik dl, baru close, buka lgi. Baru tempel dn kirim.
    Ini udh ngetik panjang malah gak kekocpy, yg kekirim malah komen ini maapkeun kak.


    Btw mudik emang bukan skedar pulang kampung, tp kumpul bersama orng tersayang untuk mencurahkan kerinduan. Ada momen tak terlupakan

    Keluarga suamiku kumpul th ini, aku sendiri mudik lebaran kedua

    ReplyDelete
  7. Tahun ini insyaAllah ngelakuin 2-2nya Mba. Mudik lebaran ke rumah keluarga dari pihak Ibu dan pulang kampung di akhir tahun ke rumah keluarga dari pihak Ayah. Jadi adil hihihihi. Tapiii, euphoria yang paling ditunggu-tunggu jelas mudik lebaran sih. Momennya itu spesial karena didapatkan setelah melakukan hal spesial selama satu bulan di bulan Ramadan.

    ReplyDelete
  8. Saya mah tidak terlalu memusingkan dan riweuh dengan euphoria Lebaran yang identik dengan beli baju dan pulang kampung. Bagi kami beli baju bisa kapan saja, mudik juga begitu apalagi sekarang zaman teknologi canggih lewat gadjet juga bisa untuk sekedar say hello dan bersilaturahim.

    ReplyDelete
  9. Pas saya komen ini malah sudah sampai di hari ke 23 Ramadan, Teh. Perasaan baru kemari awal puasa, sekarang sudah mau lebaran. Kalau saya biasanya nggak bingung soal baju, karena belinya dicicil dari bulan-bulan sebelumnya. Hhe. Kalau disekaliguskan mah wah emang bikin pusing.

    ReplyDelete
  10. tradisi mudik yang selalu bikin riweh apalagi mamak-mamak nya ribet sendiri nyiapin ini itu ya... tapi audah tidak sabar pengen seegra pulang bertemu keluarga besar di kampung

    ReplyDelete
  11. Saya termasuk tim tdk pernah mudik, mbak. Kedua ortu kami ada di kota yg sama. Duluuu pas masih ada nenek kakek aja keluarga besar saya mengunjungi mereka. Sekarang udah enggak lagi. Kangen euy merasakan sensasi perjalanan jauh demi bertemu dengan keluarga besar.

    ReplyDelete
  12. So happyy..
    Tahun ini aku mudik, in syaa Allaah.
    Tapi biasanya yaa, kami suka mudik bawa kendaraan sendiri. Jadi bisa nentuin kapan pulang dan balik lagi. Tapi memang resikonya cape banget. Dinikmati ajaaa sih yaa.. Karena ini nikmat dari Allaah..

    ReplyDelete
  13. Mudik itu termasuk momen yang paling ditunggu karena cuma setahun sekali. Walau dalam prosesnya banyak memakan budget, haha

    ReplyDelete
  14. Mudik ke kampung suami karena tahun lalu ke kampung saya
    Hmm rasanya memang nano nano apalagi ada keluarga besar yang suka nyinyir wkwkw

    ReplyDelete
  15. Saya setiap lebaran pasti mudik, karena keluarga besar juga selalu menanti.
    Hanya sekali tidak mudik karena ada keluarga sedang sakit

    ReplyDelete
  16. Wah enaknya yang mudik ya kak, aku tidak mudik nih heheueheu

    ReplyDelete
  17. Udah 3 tahun ini tidak mudik. Seru ya momen mudik tih. Prepare sana sini buat ketemu keluarga

    ReplyDelete
  18. Semoga arus mudik dan balik tahun ini bisa berjalan lancar dan nyaman ya mba.

    ReplyDelete
  19. Aku udah beberapa tahun mudik di kampung suami, hihihi karena mama mertua sendirian. Semoga dengan mudik wujud cinta kasih kami ke orang tua

    ReplyDelete
  20. Saya tidak termasuk penduduk yang punya budaya mudik tapi suka aja melihat berita tentang arus mudik gitu. Seneng melihat keluarga berkumpul di moment tertentu

    ReplyDelete

Post a Comment