Review Novel A Little White Lie

20 comments

 

Bagaimana rasanya isengi orang dengan nama samara dan bahkan orang yang kita isengi sampai jatuh cinta kepada kita? Novel A Little White Lie membahas cerita yang memukau mengenai remaja yang sedang menjalani kehidupan yang penuh dengan cinta dan tipu daya. Bagaimana kisahnya? Baca hingga akhir, ya!

 

Sebelumnya Jelajah Mia membahas tentang novel insecure, nah, saat ini mau membahas tentang cerita yang bermula dari kebohongan dan menciptakan kebohongan lainnya. Hayo, ngaku, siapa yang pernah ngerjain orang dengan nama samaran? Tidak lengkap kalau bahas novel itu tanpa kita tahu identitasnya, apa saja, sih?

 

Review Novel A Little White Lie

Identitas Novel A Little White Lie

Judul Buku : A Little White Lie

Penulis : Titish A.K

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 280 Halaman

Cetakan keenam belas : September 2019

ISBN : 9786020399577 (Digital)

Baca melalui aplikasi Gramedia Digital

 

Seperti biasa, Jelajah Mia kalau baca digital di aplikasi Gramedia Digital. Novel A Little White Lie terbit pertama kali tahun 2017, lalu mengeluarkan edisi terbarunya di tahun 2019. Secara kover pasti serasa diingatkan gawai masa-masa sebelum mengenal android, betul tidak?

 

 Iyesss, cerita ini memang mengisahkan mengerjain orang di masa SMS. Nah, mari kita intip dulu blurb dari novel A Little White Lie.

 

Blurb Novel A Little White Lie

Ocha benci Adit! Meskipun cowok itu idola cewek satu sekolah, bagi Ocha, Adit nggak lebih dari sekadar perusak image dan pembawa sial. Sejak kenal Adit, Ocha berevolusi jadi cewek cengeng, malu-maluin, suka bohong, dan doyan melet. Pokoknya Ocha benci Adit. Titik.

 

Tuhan seperti memberikan jalan untuk membalas dendam ketika tanpa sengaja Ocha menemukan apa yang bakal dianggap harta karun oleh cewek-cewek di sekolahnya: nomor handphone Adit, yang katanya susaaaah banget dicari tahu itu.

 

Awalnya Ocha berencana menjual informasi nomor handphone Adit ke teman-temannya. Tapi karena nggak tega, akhirnya Ocha cuma ngisengin Adit lewat SMS dengan nama samaran Ayu.

 

Tapi bukannya sukses balas dendam, Ocha malah tambah pusing. Soalnya kebohongan kecil yang dia ciptakan itu menimbulkan masalah baru. Adit ternyata naksir Ayu!

 

Sinopsis Novel A Little White Lie

Novel ini menceritakan seorang gadis bernama Ocha, yang masih duduk di bangku SMA. Ocha sangat benci dengan Adit, cowok anggota  team basket. Sekalipun Adit merupakan cowok idola cewek satu sekolah, tapi bagi Ocha, Adit tak lebih dari cowok perusak image dan pembawa sial.

 

Kebencian Ocha ini berawal ketika Ocha melihat pertandingan basket antar angkatan dan tiba-tiba terkena lemparan bola dari Adit, yang sebenarnya di arahkan ke ring, namun malah mendarat tepat di wajahnya. Dan entah mengapa, semenjak kejadian itu makin banyak hal-hal sial yang berkaitan dengan Adit menimpa Ocha. Semenjak itu pula, Ocha menjadi cewek cengeng, malu-maluin, suka bohong dan doyan melet.

 

Tuhan seperti membuka jalan bagi Ocha untuk membalas dendam ketika tanpa sengaja Ocha menemukan apa yang dianggap harta karun oleh cewek-cewek di sekolahnya, yaitu nomor handphone Adit, yang katanya sangat sulit dicari.

 

Awalnya Ocha berencana menjual nomor handphone Adit ke teman-temannya, tapi karena tidak tega, akhirnya Ocha hanya mengerjai Adit dengan mengirim sms dengan nama samara Ayu.

 

Lama-kelamaan, bukannya sukses balas dendam, tetapi Ocha justru malah menjadi tambah bingung ketika kebohongan kecil yang diciptakannya itu malahmenimbulkan banyak masalah baru, Adit ternyata naksir Ayu.

 

Apakah Adit akhirnya akan tahu bahwa Ocha adalah Ayu? Ketika sudah tahu bagaimana reaksi dari Adit?

 

Celoteh Tentang Novel A Little White Lie

Boleh dibilang masa SMA adalah masa-masa yang paling indah. Banyak kisah-kisah yang berkesan dialami remaja di masa-masa ini.

 

Mulai dari persahabatan, permusuhan, bahkan naksir bintang sekolah sudah menjadi hal yang biasa terjadi. Tak hanya itu, kejadian-kejadian yang unik, lucu, menyenangkan atau menyedihkan pun bisa terjadi.

 

Latar lokasi dari kisah ini adalah Yogyakarta, kita sebagai pembaca merasakan seolah-olah jadi orang yang ada di sekeliling Ocha. Penulis cukup berhasil mendeskripsikan latar tempat yang digunakannya. SMA Teratai, Jalan Sudirman, Kampus UGM, dan Bioskop Mataram dijelaskan dengan cukup rinci.  

 

Sepanjang novel ini, pembaca akan disuguhi dengan guyonan-guyonan yang menghibur dari tingkah laku kocak para pemainnya. Ditambah lagi dengan gaya bahasa penulis yang cukup mengalir.

 

Banyak berpendapat bahwa sekali-kali bohong nggak apa-apa kok. Demi kebaikan. Tetapi ketika kebohongan awal yang kita ciptakan menjadi kebohongan-kebohongan selanjutnya, bukankah membuat kita jadi sulit?

 

Novel ini juga mengajarkan tentang pentingnya kejujuran, komunikasi yang jelas, dan memahami konsekuensi dari tindakan kita.

 

Relate Novel A Little White Lie

Membaca novel A Little White Lie seperti sedang mengenang masa muda dimana belum kenal segala sosmed. Berkomunikasi bila tidak bertemu dengan telepon dan sms.

 

Siapa disini yang pakai paket sms murah dan telepon lama-lama di waktu tengah malam hingga pagi?

 

Secara percintaan tentu masih relate sampai saat ini, begitulah kisah romansa SMA pada umumnya. Media komunikasi via SMS inilah bagi generasi milenial tentulah tidak semua relate.

 

Generasi 90an pasti akan mesam mesem dengan cara dan gaya komunikasi sms. Siapa disini yang mengalami fase ke-alayan di masa mudanya? Gaya mengetik yang hingga saat ini tak habis pikir, lah si saya pernah alay dan norak juga pada masanya.

 

Penutup

Membacanya sekarang, karena bisa bikin nostalgia saat jaman SMA dulu. Novel ini tetap lumayanlah buat dijadikan teman untuk menghabiskan waktu luang. Karena alurnya gak terlalu membingungkan, gaya bahasanya pun santai. Cocok banget buat anak remaja

 

 


Related Posts

20 comments

  1. Wkwk jadi si Ayu sama Adit pernah ketemu nggak? Pasti pernah kan..karena nggak mungkin Adit naksir hanya dari smsan aja. Aku mengalami masa-masa biaya sms 350 sekali kirim. Jadi sekali kirim pesan kayak kirim surat haha..panjang bener. Daan iya juga masa tengah malam yang jadi kalong gegara telponan haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beruntung banget jadi generasi peralihan. Benar-benar mengalami dua zaman yang berbeda. Masa mudaku kayaknya kurang seru kalau dibandingin Ocha dan Adit. Padahal sering membayangkan punya kisah remaja yang manis :')

      Delete
  2. Duh, lihat ponselnya jadi inget masa muda meskipun nggak pernah punya model ponsel kayak gitu :') Masa-masa masih SMS-an memang memorable banget, tetapi nggak ngalamin ngerjain orang pakai nama samaran, sih.

    ReplyDelete
  3. wkwkwk jadi inget jaman sma ya, tapi aku dulu belum ada ponsel, paling banter ya pager, itupun yang punya cuma beberapa, yang ada juga telp umum depan sekolah, terus kalau telp (pakai telp rumah) lama banget sampai diteriakin orang rumah, gantian ma yang lain wkwk

    ReplyDelete
  4. Bener banget! Baca novel ini buat kita yang udah nggak remaja lagi berasa nostalgia sambil ngebayangi kondisi kita saat SMA ya Mba. Aku punya nih novelnya versi cetak, ya Allah remaja banget ini isinya, tapi seruuuu

    ReplyDelete
  5. Senjata makan tuan nih ceritanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terjebak dalam permainannya sendiri, jatuh cinta jaman SMA serunya

      Delete
  6. Ternyata Umma udah tua sekali ya..baca ini seperti bernostalgia ke masa dulu.. zaman SMS SMS an

    ReplyDelete
  7. Cerita masa SMA dulu yahg lugu ya mbak nggak kayak sekarang. Nostalgia banget baca cerita ini.

    ReplyDelete
  8. jadi ingat masa-masa masih pakai sms dulu di mana ngetiknya disingkat-singkat biar pas karakternya sampai ada yang ngetik alay huruf besar huruf kecil biar nggak pakai spasi. hihi

    ReplyDelete
  9. Mau juga bernostalgia mengenang jaman-jaman SMA, jadi pengen banget bisa baca novel A Little White Lie nya

    ReplyDelete
  10. Cape banget ngliat cara sms-an anak jaman dulu.
    Dan uniknya yaa.. temenku masiiii ada yang kebawa sampe skarang.
    Memang kehidupan masa-masa putih abu-abu tuh seseru ituu.. Ngebayangin Ocha sama Adit juga pasti bacanya sambil senyum-senyum gitu yaah..

    ReplyDelete
  11. Jaman saya SMA dulu malah belum ada hape. Keisengan romansa percintaan ya tetap beraneka ragam, polahnya aneh2 pokoknya klo remaja sedang dimabuk asmara gitu.

    Lalu endingnya gimana, apakah akhirnya Ocha jadian dengan Adit? Jadi penasaran nih hehehee...

    ReplyDelete
  12. Hahah saya dong pakai jam tertentu kalau nelpon
    Makanya suka nelpon berjam-jam sama orang yang disukai tanpa boros
    Sayangnya yang disukai tidak suka saya, haha
    Makanya kenangan ngobrol lama itu katanya jadi pelajaran hidup saja
    Nyesek...

    ReplyDelete
  13. Baca cerita dengan latar zaman SMa itu seperti bernostalgia lagi ke era itu ya mbak. Jadi pengen baca kisah Ocha dan Adit juga...

    ReplyDelete
  14. Cerita cinta jaman SMA emang kadang bikin ketawa geli ya. Selain nostalgia, kadang ga habis pikir kok bisa kejadian seperti itu. Kayak cerita tokoh utama, niat ngerjain malah senjata makan tuan.

    ReplyDelete
  15. seru banget nih model-model cerita kayak gini yang bikin kembali ke jaman dulu..seruuu

    ReplyDelete
  16. Jaman SMS berarti udah ada hp ya, jamannya merk N**ia kali ya.
    Jaman dulu sebelum ada hp ya cuma surat-suratan dan pakai telepon rumah.

    ReplyDelete
  17. Tipu daya banget nggak tuh, haha. Duh naksir2 gini tuh emang bikin nostalgia banget ya. Kisah-kisah anak remaja yang usil ehh ujungnya jatuh cinta, hehe. Judulnya bagus, bikin penasaran baca.

    ReplyDelete
  18. Ih baca reviewnya aja aku mesem2 dewek.. wkwkwk.. keknya aku pengin cari buku ini deh. Penasaran sm endingnya. Pengin merasakan sensasi nostalgianya.

    ReplyDelete

Post a Comment