SELF LOVE SALAH SATU SOLUSI TRAUMA

18 comments

 “Nikah sudah lama kok belum hamil-hamil?”

 

Asing tidak dengan pertanyaan ini? Seperti mendapat pertanyaan yang berlanjut, ketika belum menikah akan mendapat pertanyaan kapan menikah. Maka setelah hamil akan mendapatkan pertanyaan, “Sudah isi atau belum?”.

 

Seolah stigma itu bagai menghakimi para perempuan. Bahkan pernah melihat salah satu video di aplikasi berbagi video, lebih aib perempuan yang sudah menikah tapi tidak hamil-hamil daripada perempuan yang hamil diluar menikah. Tidak setuju? Cobalah jadi perempuan yang sudah menikah tapi belum juga diberikan kepercayaan untuk diberi keturunan.

 

Mengapa kalimat akhir seolah sedikit terbaca sinis? Salah satu perempuan yang mendapat penghakiman atas situasi tersebut, salah satunya adalah saya. Menikah di tahun 2017, bukan tidak pernah mendapat pertanyaan, sudah hamil atau belum. Bahkan berbagai nada sudah kenyang diterima hampir 5 tahun, dari mulai yang nanya agak halus, sekedar basa-basi, sedikit menyindir hingga secara terang-terangan menanyakan. Menerima pertanyaan dari mulai menganggap sebagai doa agar segera diberi keturunan, balas menyudutkan, dicuekin sampai akhirnya ingin sekali teriak, “Bisa ga, ga usah tanya-tanya, sakit tau dapat pertanyaan itu”

 

Pernah Hamil

Saya bukanlah perempuan yang belum dikarunia berkah kehamilan, tapi pernah hamil hanya Allah ingin menguji kesabaran dengan memberikan ujian keguguran. Juli 2021, tentu sebagian masih ingat bagaimana hampir di seluruh dunia dihebohkan dengan berita melonjaknya kembali pandemi. Disaat situasi tersebut, saya tidak menjadi salah satu penyintas corona, tapi dianugerahi kondisi keguguran.

 

Ditanya bagaimana perasaan kala itu, ah sepertinya bagian terpuruk secara fisik dan mental ada semua pada waktu itu. Keinginan untuk bercerita selain kepada suami, selalu ingin diceritakan baik ke keluarga dekat ataupun sahabat, hanya teredam karena selalu memikirkan orang lain jauh lebih susah masa mau membebani dengan kesedihanmu.

 

Bisa dibilang itu salah besar, seminggu pertama liat apapun yang sifatnya hamil dan anak pasti langsung mellow. Akhirnya di akhir juli memutuskan bercerita ke salah satu sahabat, paling tidak kalau benar-benar butuh tempat sampah, ada orang yang tepat yang tahu kondisi saya. Berkat dia juga, saya pelan-pelan mulai membuka cerita ke keluarga dan beberapa teman terdekat. Lebih mudah berbagi dan pamer sedang makan dimana dan sedang baca buku apa ternyata bukan pamer kesedihan.

 

Self Love Salah Satu Solusi Trauma


Self Love Salah Satu Solusi Trauma

Sebelumnya pernah saya tuliskan tentang self love, itu bukan sekedar tulisan semata, tapi memang benar sudah dilaksanakan ketika mengalami situasi terpuruk itu. Istilah cinta diri atau self love belakangan ini sering kita dengar.

 

Istilah yang bisa kita lihat dari lagu, kutipan, kiriman di media sosial, komunitas hingga percakapan sehari-hari, kata self-love ini terdengar dimana-mana.  Tapi sesungguhnya bukan hanya itu, bisa juga jadi solusi dalam mengatasi trauma. Ketika kamu belum atau tidak memutuskan untuk ke psikolog, cobalah cara-cara yang pernah saya lalui. Tapi sebelumnya kita bahas dulu pengertian Self Love

 

 

Apa Itu Self Love?

Dalam buku A Hand Book For Self-Love karya Astrid Savitri disebutkan bahwa :

Mencintai diri sendiri bukan sekedar merasa bahagia, melainkan sebuah tindakan. Cinta diri adalah sebuah pilihan. Ini adalah cara berhubungan dengan diri sendiri yang melibatkan pemahaman atas kesalahan, memahami kekurangan, dan mampu berkomunikasi secara efektif dengan diri sendiri tentang kehidupan tanpa menghakimi atau menghukum diri sendiri dengan keras.

(Hal. 43)

 

Bisa jadi pada saat trauma kita dibuat lupa untuk mencintai diri sendiri karena terlalu menyalahkan diri sendiri, tetapi sebagian besar bermula dari tindakan orang-orang di sekitar kita. Dampak panjangnya menjadi sebuah peristiwa traumatis dalam hidup kita, karena kita tidak memiliki contoh cinta diri yang baik.

 

Lalu bagaimana Self Love bisa menjadi solusi untuk trauma?

             

Cintai Diri, Mulai dari Mana?

Cinta diri bisa dipelajari dan dipraktikkan. Beberapa kiat untuk memulai mencintai diri sendiri:

1.   Kenali Perasaan

“Kenapa masih kepikiran masalah tersebut?”

“Kenapa masih menyalahi diri sendiri?”

“Kenapa terlalu berlarut-larut dalam kesedihan?”

“Kenapa tidak mencoba buka diri untuk terbuka kepada orang lain?”

 

Ini bukan minta dikasihani dan memberi pemakluman pada saat kita sedang fase emosi, tapi sebagai langkah pertama untuk mengatasi masalah adalah mengakui bahwa saya memiliki masalah.

 

2.   Terima Perasaan

Setelah mengakui bahwa memiliki masalah, maka selanjutnya yaitu menerima perasaan,  meskipun tidak ada yang salah dengan perasaan emosi-emosi tersebut.

 

3.   Pikiran Perasaan Dari Perspektif Orang Luar

Bagaimana perasaan kita jika melihat orang yang kita cintai mengalami perasaan yang kita alami saat ini? Jangan sampai orang lain jadi pelampiasan emosi kita tapi tidak tahu sebenarnya masalah kita apa.

 

4.   Maafkan Diri

Terkadang kita bisa begitu keras pada diri sendiri, padahal penting untuk memberikan diri istirahat. Kita terkadang bisa menjadi musuh terburuk bagi diri sendiri, dengan menyalahkan diri sendiri saat masalah. Itulah salah satu alasan, mengapa begitu susahnya untuk mencintai diri sendiri.

 

5.   Katakan Tidak Pada Orang Lain

Luangkan waktu untuk diri sendiri. Tidak apa-apa untuk mengatakan tidak kepada orang lain jika merasa perlu. Ketika sudah berani tegas kepada orang lain, maka secara tidak langsung kita bisa tegas untuk diri sendiri. Mengukur apa yang menjadi batasan diri terhadap perasaan.

 

Bekah Setelah Melewati Fase Trauma

Tentu tidak semudah yang bisa dibayangkan melewati fase-fase terpuruk, ada kalanya mulai dari awal lagi karena tiba-tiba mellow. Tapi setelah banyak menonton video ahli dan membaca referensi buku, saat kembali ke nol adalah wajar. Hati perlu juga untuk adaptasi untuk terbiasa dan beranggapan bahwa kemarin adalah fase hidup yang harus terlewati.

 

Waktu terus berjalan dan tentu kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Bahkan pada saat fase mulai memaafkan diri sendiri, akhirnya banyak memutuskan untuk aktif di berbagai kegiatan sosial media yang sifatnya online. Pada saat menarik diri dari beberapa kehidupan, banyak hal yang terseleksi dengan sendirinya, kita tahu mana yang kebutuhan dan mana yang harus diprioritaskan.

 

Awal Desember sudah mulai merasa ada yang aneh dengan gejala badan, karena sudah melewati hampir 5 tahun dengan aneka harapan dan bahkan dikecewakan dengan hasil yang selalu garis satu. Maka memutuskan untuk tidak berharap dulu. Hingga akhir Desember udah benar-benar di fase harus memastikan ini benar positif atau engga, karena mau daftar vaksin booster. Dan ternyata hasilnya positif, Alhamdulillah dan kemarin baru selesai syukuran 4 bulanan di rumah keluarga suami, karena keluarga saya tidak terlalu menganut syukuran diluar yang disunahkan dan diwajibkan oleh Agama.

 

Foto USG 4 Bulan

Mungkin saya salah satu yang beruntung, jarak kesedihan dan kesenangan tidaklah terlalu jauh. Diluar sana tentu banyak yang masih berjuang untuk garis dua. Siapapun yang sedang berjuang, semoga disegerakan tepat pada waktunya. Mohon doanya agar saya dan calon bayi diberi kelancaran, kesehatan dan keselamatan hingga persalinan.

 

Penutup

Biarkan masa-masa terpuruk berlalu dan jangan biarkan dampak buruk dari kejadian tersebut merusak banyak hal yang harusnya kita lewati dengan bahagia.

 

Apabila setelah mengalami kejadian traumatis, bahkan merasa sulit menjalani aktivitas sehari-hari, sulit berkonsentrasi, susah tidur, mengalami perubahan mood yang drastis seperti depresi, atau merasa cemas berlebihan, atau muncul ide untuk bunuh diri, segera konsultasikan ke ahlinya yaitu psikolog atau psikiater.

 

Sobat Jelajah mia pernah mengalami fase trauma yang bikin terpuruk?

 

 

Referensi

A Handbook For Self-Love karya Astrid Savitri

Related Posts

18 comments

  1. Selamaat menikmati masa2 kehamilan kedua, ya, mba, semoga lancar sampai hari H. Trimakasih sudah berbagi pengalaman.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulilah..selamat untuk kehamilannya. Semoga lancar, dimudahkan hingga nanti. Ibu, calon debay, juga sehat semua . Aamiin. Semangat ya Mbak:)

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, turut bahagia Mbak. Di setiap kesulitan, ada kemudahan setelahnya :) Semoga lancar dan dimudahkan semua prosesnya ya Mbak. Ibu dan adek bayi sehat selalu.. :)

    ReplyDelete
  4. Salam kenal Kak. Kalau aku belum pernah kak trauma berlebihan tapi kalau tidak menerapkan self love pernah. Anyway self love mengingatkanku dengan program Semeleh IIDN setahun yang lalu.

    Selamat ya Mbak ikut berbahagia. Sehat selalu untuk Mbak dan keluarga dan debay yang diperut😘

    ReplyDelete
  5. alhamdulillah selamat atas kehamilannya ya mbak, sehat-sehat hingga proses lahiran kelak, semoga dimudahkan nanti saat melahirkan
    i feel you mbak, sy pernah ada di posisi mbak, cemoohan dan cibiran kerap hinggap di telinga, alhamdulillah suami menguatkan juga sheingga sy tidak terlalu terpuruk

    ReplyDelete
  6. Urgent banget bagi tiap orang utk senantiasa punya self love.
    karena ini dibutuhkan banget agar bisa survive d kehiupan yg keras ini
    nurul bukanbocahbiasa(dot)com/

    ReplyDelete
  7. Aku juga baru menyadari konsep self love akhir-akhir ini saat aku banyak di rumah karena WFH. Jadi banyak koreksi diri dan memikirkan apa yang akan terjadi padaku dan aku lakukan jika aku berada pada kondisi terjelek?

    ReplyDelete
  8. Katakan " tidak " nilhooh emang ngga mudah ya kak. Soalnyaa kadang kita menghindari "benturan" juga dengan orang lain, makanya biar cepet iyain aja uhuhuhu. akhirnya malah nyakitin diri sendiri

    ReplyDelete
  9. Memaafkan itu tidak mudah tapi setidaknya kita sudah ada kemauan untuk berdamai dengan kondisi masa lalu. Saya sih alhamdulillah belum ada rasa trauma gitu. Tapi ya untuk setiap masalah ya selalu berusaha percaya takdir saja... Jika kembali kepada Nya dan melihat di luar masih banyak orang yang di bawah kita memprihatinkan nya, Insyaallah makin jadi bersyukur

    ReplyDelete
  10. Kadang orang bertanya kapan hamil, kapan nikah, kapan punya anak lagi, kalau sudah punya anak nanti ditanya lagi, gak nambah laki/perempuan biar genap--sebagai pertanyaan basa-basi tanpa tahu efek psikologisnya. Saya sendiri belajar untuk mengeluarkan pernyataan dan pertanyaan yang baik tanpa harus melayangkan kalimat basa-basi semacam di atas. Apalagi kalau kita tahu kondisinya.

    ReplyDelete
  11. MasyaAllah barakAllah kehamilannya ya kak, semoga lancar sampai lahiran. Btw bener banget mba, di zaman sekarang, nikah lama trus belum dikaruniai anak lebih aib daripada yang hamil di luar nikah. Di salah satu aplikasi kekinian malah banyak loh bocil2 yang bangga hamil di luar nikah. Miris kak ya Allah.

    ReplyDelete
  12. Gaung mental health memang lagi santer banget karena kondisi masyarakat memang demikian. Membersamai orang dg depresi gak mudah. Saya merasakan sendiri

    ReplyDelete
  13. Nggak abis-abisnyaaa pertanyaan soal hidup kita sendiri yang bahkan kita pun tidak mempertanyakannya tapi malah ditanyakan orang lain. Fiiiuuhh, tarik napaaas...

    Memilih untuk menjauh dan mengatakan tidak memang sulit pada awalnya, tapi pastilah sehat ke depannya.

    ReplyDelete
  14. Kadang, tanpa disadari trauma itu memang pernah ada. DUlu, sewaktu saya dikhianati orang terdekat karena perselingkuhan, saya selalau berkata "Saya bisa." "Saya baik-baik saja." Nyatanya, tanpa disadari pandangan dan perilaku mulai berubah.

    Benar sih, Mbak. Penerimaan menjadi langkah pertama yang memang sulit. Tapi kalau sudah dijalani, insyaAllah semua akan lebih mudah.

    ReplyDelete
  15. Ma syaa Lalah selamat mbaak atas kehamilan anak kedua, cara selfloveku adalah mencoba menghempaskan omongan yang gak enak

    ReplyDelete
  16. Ya Allah..inginnya semua yang menikah ya, memiliki keturunan yaa..
    Tapi dengan perkataan yang tidak ada empatinya, pasti jadi merasa insecure. Solusinya memang kudu banget memahami makna self love. Dan kembalikan semua pada Allah, sang pemilik kehidupan.

    ReplyDelete
  17. Ah iya, bertanya tentang kapan punya anak itu sensitif banget lho
    Penting juga punya self love, biar bisa tetap tenang menghadapi netizen yang maha kepo ya mbak

    ReplyDelete
  18. Sama mbak, saya pun mengalami pertanyaan kapan hamil? Kok lama nggak hamil? Saking geregetan harus senyum mulu pengen deng rasanya pindah planet

    ReplyDelete

Post a Comment