Merry Christine Sarce Rumainum : Menyalakan Senja Literasi dari Tanah Papua

18 comments

 

Di suatu sore di Manokwari, suara tawa anak-anak bercampur dengan aroma tanah yang baru disiram hujan. Di sudut halaman kecil, mereka duduk bersila mengelilingi tumpukan buku warna-warni.

 

Di tengah lingkaran itu, seorang perempuan dengan senyum hangat mengamati mereka satu per satu, memastikan tak ada yang tertinggal dalam dunia huruf dan imajinasi.


Namanya Merry Christine Sarce Rumainum, pendidik, pegiat literasi, sekaligus penggerak hati banyak anak Papua untuk mencintai membaca.

 

Merry Christine Sarce Rumainum: Menyalakan Senja Literasi dari Tanah Papua

Dari Ruang Kelas ke Ruang Harapan

Merry bukan hanya seorang akademisi yang mengajar di Universitas Papua (UNIPA), program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Ia percaya, pendidikan sejati tidak berhenti di ruang kuliah.

 

“Anak-anak Papua butuh ruang aman untuk membaca, menulis, dan bermimpi,” begitu ia tulis di salah satu unggahan Instagram-nya.

 

Keyakinan itu membuatnya meninggalkan kenyamanan ruang akademik dan turun langsung ke kampung-kampung membawa buku dan cerita.

 

Profil Singkat Merry Christine Sarce Rumainum

Pada tahun-tahun awal kariernya sebagai dosen, Merry kerap melihat bagaimana literasi belum benar-benar menjadi budaya di banyak wilayah Papua Barat. Buku-buku jarang dijangkau anak-anak di pelosok.

 

Dari kegelisahan itu lahirlah gagasan sederhana yang kemudian tumbuh besar: Pondok Baca Senja Papua Cerdas, sebuah ruang belajar alternatif tempat anak-anak bisa mengenal huruf, membaca cerita rakyat, menulis puisi, bahkan memerankan teater.

Foto Profil Pondok Baca Senja Papua Cerdas,


Pondok yang Menyala Saat Senja Turun

Kata Senja bukan tanpa makna. Senja menggambarkan waktu yang lembut dan menenangkan, momen di mana cahaya perlahan hilang tapi masih menyisakan keindahan. Bagi Merry, senja adalah simbol harapan: waktu yang nyaris gelap, namun tetap menyala jika ada cahaya pengetahuan.

 

Foto Kegiatan Pondok Baca Senja Papua Cerdas

Di Pondok Baca itu, kegiatan literasi dilakukan dengan cara yang santai, memberikan kenyamanan bagi anak-anak selama kegiatan. Ada Sabtu Kreatif, sesi membaca bersama, pelatihan menulis puisi, hingga pementasan sastra yang mereka sebut Pentas SAPASE (Sastra Papua Senja).


Foto Kegiatan Pondok Baca Senja Papua Cerdas


Komunitas ini tidak hanya membiasakan anak membaca, tetapi juga mendorong mereka menulis pengalaman pribadi dan mengekspresikan perasaan lewat kata. Dari sini, lahir kumpulan puisi dan cerita pendek karya anak-anak Papua yang diterbitkan secara mandiri.

 

“Buku bukan sekadar benda, tapi jendela untuk melihat dunia dan diri sendiri,” ucap Merry dalam salah satu wawancara RRI Manokwari (2023), ketika menjelaskan visi Pondok Baca-nya.

 

SAPASE : Menulis, Membaca dan Mencintai Tanah Papua

Selain mendirikan Pondok Baca, Merry juga memimpin komunitas SAPASE (Sastra Papua Senja), sebuah perkumpulan penulis dan pecinta sastra dari berbagai usia di Papua Barat.


Komunitas ini kerap menggelar Pesta Menulis atau Festival Perasaan, di mana penulis muda menampilkan karya mereka melalui puisi, musikalisasi, dan teater.

 

Dalam wawancara dengan media lokal Tabura Pos, Merry menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah “Memberi ruang bagi penulis muda agar karya mereka tidak berhenti di buku harian, tetapi bisa diterbitkan dan dibaca banyak orang.”

 

Sadar bahwa tantangan literasi di Papua bukan hanya soal minimnya akses buku, tapi juga kurangnya wadah untuk menyalurkan kreativitas. Melalui SAPASE, Merry ingin membangun kebanggaan: bahwa anak-anak Papua bisa menjadi penulis yang didengar di tingkat nasional.

 

Tantangan : Antara Akses dan Konsistensi

Menjalankan gerakan literasi di Papua tentu bukan perkara mudah. Tantangan terbesar adalah akses dan sumber daya. Buku sering harus dibeli dari luar daerah, kegiatan dibiayai secara swadaya, dan dukungan infrastruktur masih terbatas.

 

Namun, bagi Merry, semangat tidak boleh padam hanya karena keterbatasan. Merry sering membawa buku dengan motornya, mendatangi kampung atau sekolah yang belum punya perpustakaan.

 

Foto Kegiatan Kolaborasi Pondok Baca Senja Papua Cerdas


Dalam beberapa kesempatan, mahasiswa UNIPA turut terlibat sebagai relawan pengajar atau pendamping kegiatan. Kolaborasi tersebut membuat Pondok Baca Senja tak hanya menjadi ruang baca, tapi juga laboratorium sosial yang mempertemukan kampus dan masyarakat.

 

“Kalau kita menunggu semuanya sempurna, anak-anak keburu kehilangan semangatnya,” ujar Merry saat diwawancarai dalam program Literasi Papua Cerdas di RRI Manokwari. “Yang penting kita mulai dulu, dengan apa yang ada.”

 

Pengakuan dari Tanah Air

Dedikasi Merry dan komunitasnya akhirnya mendapat perhatian nasional. Pada tahun 2024, ia terpilih sebagai Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards (SIA) dari Astra untuk kategori Pendidikan.

 

Apresiasi SATU Indonesia Awards (SIA) adalah sebuah penghargaan nasional yang diinisiasi oleh PT Astra International Tbk sejak tahun 2010 untuk memberikan pengakuan dan dukungan kepada anak muda Indonesia yang berkontribusi nyata dalam memajukan masyarakat di berbagai bidang.

 

Nama “SATU Indonesia” merupakan singkatan dari Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia, yang mencerminkan komitmen Astra untuk membangun negeri melalui semangat gotong royong dan inovasi anak muda di seluruh penjuru tanah air.


Penghargaan diberikan kepada sosok muda yang memberi dampak nyata bagi pendidikan dan literasi masyarakat. Dalam daftar penerima resmi yang dirilis Astra, namanya tercatat bersama para penggerak sosial dari berbagai provinsi di Indonesia, bukti bahwa cahaya kecil dari Papua bisa bersinar sampai ke pusat negeri.

 

Penghargaan tidak mengubah pandangan Merry. Ia tetap memilih untuk kembali ke anak-anak, ke Pondok Baca, dan ke lembar-lembar cerita yang mereka tulis dengan pensil sederhana. Bagi Merry, apresiasi bukan akhir, melainkan undangan untuk terus berjuang.

 

Melalui penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra, Merry Christine Sarce Rumainum menjadi salah satu simbol generasi muda Papua yang membawa perubahan lewat literasi

 

Menyalakan Cahaya di Tengah Senja

Kini, Pondok Baca Senja Papua Cerdas terus tumbuh. Anak-anak yang dulu belajar membaca di sana mulai menulis puisi dan cerita mereka sendiri. Beberapa bahkan sudah tampil membacakan karya di panggung-panggung kecil di Manokwari.


Merry masih setia mendampingi mereka, memotret, mengunggah kegiatan ke media sosial, dan menulis caption sederhana yang menggambarkan rasa syukur.

 

“Tidak semua orang bisa menjadi guru di sekolah,” tulisnya suatu kali. “Tapi siapa pun bisa menjadi guru kehidupan jika mau berbagi ilmu dan kasih.”

 

Kisah Merry Christine Sarce Rumainum adalah bukti bahwa gerakan literasi tidak selalu lahir dari fasilitas besar, tapi dari hati yang percaya pada kekuatan kata.


Di senja Papua yang hangat, ia menyalakan cahaya, bukan hanya untuk membaca, tapi untuk melihat masa depan.


 #APA2025-BLOGSPEDIA


Referensi

  1. RRI Manokwari, Program Literasi Papua Cerdas (2023)
  2. Tabura Pos & ANTARA Papua Barat, Pentas Sastra SAPASE dan Pesta Menulis (2023–2024)
  3. GoodNewsFromIndonesia, Pondok Baca Senja Papua Cerdas sebagai Ruang Literasi Anak Papua (2024)
  4. Astra, Daftar Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2010–2024 (PDF resmi, 2025)

 


Related Posts

18 comments

  1. Merry Christine Sarce Rumainum, kamu keren. Papua butuh sosok anak negeri sepertimu. Semoga apa yang kamu lakukan akan menumbuhkan Merry-Merry lainnya yang menyebarkan pengetahuan ke seantero Papua.

    ReplyDelete
  2. Wow keren banget ya perjuangan merry dalam meningkatkan literasi di tanah papua

    ReplyDelete
  3. Keren sekali Merry, semangatnya menumbuhkan pendidikan anak lewat membaca dan menulis pun terasa hingga ke berbagai sudut tanah Papua. Semoga hal ini bisa menginspirasi lebih banyak generasi muda lainnya.

    ReplyDelete
  4. MasyaAllah luar biasa anak muda seperti Merry ini emang layak mendapat penghargaan. Pengabdiannya luar biasa, menghidupkan literasi di Papua tentunya memerlukan semangat, konsisten dan sumberdaya yang besar, Keren.

    ReplyDelete
  5. Keren ya, sesuatu yang awalnya sederhana jadi begitu lur biasa dampaknya. Semangatnya menginspirasi

    ReplyDelete
  6. duh iri banget sama dik merry dan pondok baca yang didirikannya ini. sebagai ibu dengan 2 anak rasanya diriku juga harus melakukan hal serupa untuk anak-anakku agar mereka memiliki pengetahuan yang luas karena banyak membaca

    ReplyDelete
  7. Keren ya. Apa yang dilakukan Merry bisa berdampak hanya dengan sebuah pondok baca. Semoga menginspirasi anak muda lainnya untuk berbuat serupa.

    ReplyDelete
  8. Kisah Merry Christine Sarce Rumainum ini benar-benar menginspirasi ... dari Papua Barat, ia menyalakan semangat literasi lewat Pondok Baca Senja yang sederhana tapi berdampak besar. Sebagai blogger, saya jadi merasa kalau perubahan itu bisa dimulai dari langkah kecil, asal dikerjakan dengan hati.

    ReplyDelete
  9. Selamat buat penghargaan yang diraih oleh Mbak Merry Christine, selain menjadi tenaga pendidik juga membuka rumah maupun program2 literasi buat turut mencerdaskan anak2 Papua ya mbak.
    Keren banget sampai dibela2in naik motor lalu datang ke rumah/ sekolah yang buku2nya masih minim.
    Semoga di antara anak2 ini kelak juga bisa meneruskan program2nya Mbak Merry sehingga membuat Papua bisa lebih maju lagi.

    ReplyDelete
  10. Perjuangan Bu Merry Christine Sarce Rumainum luar biasa! Dari dosen, beliau mendirikan Pondok Baca Senja Papua Cerdas untuk menyalakan literasi di Papua Barat. Beliau dorong anak-anak membaca, menulis, bahkan menerbitkan karya. Dedikasi tulusnya (sampai bawa buku pakai motor) pantas dapat Apresiasi SATU Indonesia Awards. Sangat inspiratif!

    ReplyDelete
  11. Pendidik, pegiat literasi yang luar biasa menjadi lentera bagi tanah papua. Hebatnya pergerakan ini. Wajar bila mendapatkan apresiasi.

    ReplyDelete
  12. Keren banget masya Allah. Aku merasakan kegigihan luar biasa dari seorang Merry Christine. Pakai motor keliling kampung guna memupuk habit membaca pada anak. Sebagai ibu, aku sangat tersentuh sekali dengan upayanya. Jika oranglain saja begitu peduli dengan Literasi anak-anak, semoga ini jadi pemantik IRT lain untuk turut mengikuti jejak bu Merry Christine mendidik anak-anak dengan habit membaca juga.

    ReplyDelete
  13. Perjuangan Bu Dosen tidak berhenti di dunia kampus, tidak berhenti "sekadar" mengajar calon guru sd. Namun, dia juga langsung turun menghampiri anak-anak untuk mengenalkan huruf dan angka. Seperti semangat senja yang dipegang, selalu ada kesempatan melihat keindahan, bahkan sesaat sebelum gelap datang.

    ReplyDelete
  14. Merry Christine adalah anak muda yg menginspirasi dan patut menjadi teladan bagi anak muda yg lain. Perjuangannya memajukan literasi di Papua tidak sia-sia dan sudah membuahkan hasil. Salut untuk kak Merry.

    ReplyDelete
  15. Festival Perasaan!! kagum nian dengan kegiatan ini. Bisa menjadi ajang anak muda Papua untuk lebih leluasa dan percaya diri mengekspresikan isi hati dan buah pikirannya. Tentunya setelah sebelumnya terlatih dengan hari-hari yang akrab dengan literasi akan menghasilkan karya yang pantas mendapatkan apresiasi. Makin maju putra-putri Papua, Semangatt!

    ReplyDelete
  16. Papua sebagai wilayah yang cukup tertinggal butuh Merry-merry lain untuk lebih menghidupkan cahayanya. Luar biasa sekali perjuangannya untuk membawa Papua lebih maju melalui buku. Karena buku adalah salah satu jalan untuk bisa melangkah lebih ke depan.

    ReplyDelete
  17. Salut dengan Kak Merry. Beginilah arti tri darma yang sebenarnya. Benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat dan melakukan perubahan.

    ReplyDelete
  18. selalu terharu dengan mereka mereka yang berjuang di daerahnya. Dengan segala keterbatasan dan tantangan Kakak Merry mencoba untuk menyalakan lilin di tanah cendrawasih

    ReplyDelete

Post a Comment